Gambar Sampul IPS · Bab VI Terbentuknya Kesadaran Nasional
IPS · Bab VI Terbentuknya Kesadaran Nasional
Nanang

24/08/2021 14:36:11

SMP 8 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

IPS SMP/MTs Kelas VIII

105

Coba kamu pahami, bahwa dari

pelaksanaan politik etis, terutama dalam

bidang edukasi berkembanglah pendidikan

di kalangan rakyat Indonesia, baik

bercorak Barat maupun bercorak Islam.

Dari pendidikan tersebut, kemudian

lahirlah golongan terpelajar, golongan

profesional, dan pers. Golongan

terpelajar ini sangat menyadari bahwa

perjuangan bersenjata dan perjuangan

fisik tidak pernah berhasil mengusir

penjajah dan memperbaiki nasib bangsa

Indonesia. Oleh karena itu, perlu disusun

organisasi yang modern dengan wawas-

an kebangsaan.

Coba kamu perhatikan gambar di

samping! Tahukah kamu, siapakah

beliau? Beliau adalah salah satu tokoh

tolongan terpelajar yang ikut merintis dan

mempelopori berdirinya organisasi

pergerakan Nasional Indonesia. Beliau

bernama Dr. Wahidin Sudirohusodo

yang telah merintis berdirinya Budi Utomo yang merupakan pelopor organisasi

modern di Indonesia. Kesadaran Nasional terus tumbuh dan berkembang, apalagi

dicetuskannya. Manifesto politik tahun 1925 di Belanda, Kongres Pemuda tahun

1928 dan kongres perempuan tahun 1928, di mana peristiwa-peristiwa tersebut telah

mempercepat proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia. Secara lengkap

dan jelas. Kamu dapat membaca dalam bab ini!

Bab

VI

Terbentuknya

Kesadaran Nasional

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT. Mutiara Sumber Widya, hal. 133

G

a

m

b

a

r

6

.

1

dr. Wahidin Sudirohusodo

106

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Peta Konsep

Kata Kunci

Politik Etis

Pergerakan nasional

Identitas kebangsaan

Golongan terpelajar

Manifesto politik

Indonesia

Nasionalisme

Konggres pemuda

Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan kamu dapat:

1. menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan kolonial, perkembangan pendidikan Barat,

dan perkembangan pendidikan Islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia;

2. mendeskripsikan peranan golongan terpelajar , profesional dan pers dalam menumbuh-

kembangkan kesadaran nasional Indonesia;

3. mendeskripsikan perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik, kedaerahan,

keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia;

4. mendeskripsikan peran manifesto politik 1925, konggres pemuda 1928, dan konggres

perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia.

Apa yang akan kamu pelajari pada bab ini? Perhatikan peta konsep di bawah ini!

P

o

l

i

t

i

k

E

t

i

s

Perkem-

bangan

Pendidikan

Barat

Perluasan

Kekuasaan

Kolonial

Golongan Ter-

pelajar, Golong-

an Profesi Pers

Budi Utomo

Sarikat Islam

Indische Party

Perhimpunan Indonesia

Partai Komunis Indonesia

Partai Nasional Indonesia

Partai Indonesia Raya

Fraksi Nasional

Gabungan Politik Indonesia

Muhammadiyah

Nahdatul Ulama

Gerakan Pemuda

Perkembangan

Pergerakan

Nasional

Manifesto

Politik

1925

Konggres

Pemuda

1928

Konggres

Perempuan

1928

Identitas

Kebangsaan

Indonesia

IPS SMP/MTs Kelas VIII

107

1. Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial

Kebijakan pemerintah kolonial Barat terhadap wilayah Indonesia, termasuk

eksploitasi yang telah dilakukannya, dari kerja wajib, sewa tanah, tanam paksa, dan

politik pintu terbuka semuanya selalu merugikan rakyat Indonesia dan sebaliknya

selalu menguntungkan pemerintah kolonial. Ketidakadilan inilah yang kemudian

mendapat reaksi keras terutama dari kalangan liberal.

Setelah golongan liberal mendapat kemenangan politik di Belanda, maka

muncullah perhatian untuk memajukan kemakmuran di tanah jajahan. Cara yang

ditempuh antara lain mendesak pemerintah Belanda untuk meningkatkan kehidupan

wilayah jajahan dengan pembangunan di tiga bidang yaitu irigasi, pendidikan, dan

perpindahan penduduk.

Walaupun ada perubahan dari tanam paksa ke ekonomi liberal, tetapi praktiknya

bagi rakyat sama saja. Karena perubahan dari perusahaan negara ke perusahaan

swasta tidak berbeda. Kedua-duanya sama mengeksploitasi Indonesia untuk

keuntungan yang sebesar-besarnya. Perbedaannya hanya terletak bahwa kini

Indonesia terbuka bagi penanaman modal asing, meskipun modal Belanda lebih

diutamakan. Akibatnya terjadi internasionalisasi perdagangan di Indonesia.

Perusahaan-perusahaan besar di bidang perkebunan dan pertambangan dengan

modal Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Cina, dan Jepang muncul di Indonesia.

Diharapkan dengan adanya penanaman modal asing ini keinginan untuk

memasukkan kekuasaan politik oleh negara-negara lain di Indonesia dapat

dihindarkan. Namun kenyataannya ada juga pengaruh perluasan kekuasaan kolonial

terhadap munculnya Nasionalisme Indonesia.

A

Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial,

Pendidikan Barat dan Islam terhadap Muncul-

nya Nasionalisme Indonesia

Sumber: Sejarah Nasional Indonesia 3, Depdikbud hal 59

G

a

m

b

a

r

6

.

2

Wilayah Indonesia zaman Hindia Belanda

MEDAN

PADANG

SUMATRA

PALEMBANG

JAKARTA

JAWA

KALIMANTAN

Banjarmasin

Yogyakarta

Surabaya

Ujung Pandang

Nusa Tenggara

Sulawesi

Manado

Maluku

Irian

108

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Dalam politik liberal ditekankan adanya perlindungan terhadap rakyat. Tetapi

kenyataannya ada kecenderungan untuk menghambat kemajuan rakyat. Sebab

meningkatkan taraf hidup rakyat berarti menghendaki modal. Padahal keuntungan

perusahaan terletak karena tersedianya tenaga buruh yang murah. Timbul kontradiksi

yang rumit penyelesaiannya dalam hubungan politik dan ekonomi kolonial.

Akibatnya rakyat tetap menderita dan hidup sengsara.

Melihat kepincangan tersebut, timbul di negeri Belanda suatu pemikiran untuk

menghapuskan politik exploitasi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Partai-partai, baik partai agama maupun sosialis, mengecam pemerintah yang selama

ini hanya mengeruk keuntungan saja tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat.

Mereka menuntut adanya suatu perubahan dalam sistem pemerintahan di Indonesia,

suatu perubahan yang dapat membawa peningkatan budaya rakyat pribumi.

Selaras dengan perkembangan ekonomi, pemerintah tidak dapat mengelak lagi

untuk mengadakan pembangunan. Karena kemajuan pesat perusahaan-perusahaan

juga berkaitan dengan kebutuhan akan sarana-sarana lainnya. Seperti komunikasi

yang lancar, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Di bidang administrasi pemerintah, pemerintah mengadakan beberapa

perubahan. Seperti memperjelas kekuasaan bupati, menciptakan undang-undang

desentralisasi tahun 1903, dan pembentukan dewan-dewan kota dan daerah.

Departemen-departemen baru, seperti Departemen Pertanian (1904), Departemen

Perusahaan-Perusahaan Negara (1907), dibentuk. Pada permulaan abad ke-20

dibentuk dinas-dinas seperti Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kerajinan. Sedangkan

Dinas Kesehatan dan Pengajaran diperluas.

Di bidang komunikasi, pemerintah melaksanakan pembangunan jalan raya dan

jaringan kereta api di Jawa dan Sumatera. Pelabuhan baru dibangun seperti Tanjung

Priuk, Tanjung Perak, Teluk Bayur dan Belawan. Juga hubungan telegram dengan

Eropa diadakan. Lancarnya komunikasi tidak hanya menguntungkan lalu lintas

perdagangan tetapi juga menguntungkan bagi penduduk dan pemerintah umumnya.

Untuk meningkatkan kesehatan rakyat, dilakukan pemberantasan penyakit menular,

seperti pes, kolera, malaria, dan sebagainya.

Untuk meningkatkan pertanian, pemerintah membangun irigasi yang luas,

seperti irigasi Brantas di Jawa Timur. Untuk kepentingan petani dan rakyat kecil

didirikan bank-bank kredit, pertanian, bank padi, bank simpanan dan rumah-rumah

gadai. Koperasi juga didirikan tetapi kurang mendapat kemajuan. Meskipun usaha

ini tidak berhasil mendorong produksi pribumi, tetapi telah berhasil mendidik rakyat

tentang penggunaan uang.

Untuk mengurangi kepadatan penduduk suatu daerah di Jawa, pemerintah

melaksanakan transmigrasi. Daerah sasaran utama ialah Sumatera Timur untuk

buruh perkebunan dan Lampung.

Meskipun pemerintah telah dapat melaksanakan pembangunan di berbagai

bidang akan tetapi tujuan utamanya adalah untuk kepentingan pemerintah kolonial

dan kaum kapitalis (pemilik modal), hasilnya tidak begitu terasa bagi rakyat. Bahkan

IPS SMP/MTs Kelas VIII

109

kehidupan rakyat semakin tergantung kepada pengusaha dan pemilik modal sebagai

penyewa tanah dan pembeli tenaganya. Tingkat kehidupan ekonomi rakyat masih

tetap rendah. Perbedaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik antara golongan Barat/

asing dengan golongan pribumi sangat besar. Bahkan diskriminasi berdasarkan warna

kulit semakin kuat.

Penderitaan dan keterbelakangan rakyat yang berkepanjangan akibat penindasan

yang dilakukan oleh pemerintah kolonial menimbulkan rasa kebencian yang

mendalam. Di tambah adanya diskriminasi terhadap warna kulit untuk golongan

Bumi Putera maka kebencian dan rasa tidak puas semakin memuncak, yang akhirnya

timbul keberanian untuk bangkit dan menentang kebijakan-kebijakan pemerintah

kolonial dan ada sebagian rakyat yang mengadakan perlawanan untuk membela

martabat rakyat dan bangsanya. Itulah semangat nasionalisme mulai muncul pada

diri rakyat Indonesia.

2. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat

Kebutuhan akan tenaga-tenaga

terdidik dan ahli, mendorong pemerintah

untuk mendirikan sekolah dasar, sekolah

menengah, sekolah pamongpraja. Juga

didirikan beberapa perguruan tinggi

seperti Perguruan Tinggi Kedokteran,

Perguruan Tinggi Teknik, Perguruan

Tinggi Hukum, dan Perguruan Tinggi

Pertanian. Bidang pendidikan ini tidak

hanya dilaksanakan oleh pemerintah

tetapi juga oleh swasta, yaitu swasta asing

missie

dan

zending

, dan swasta pribumi.

Dari hasil pendidikan telah menum-

buhkan suatu golongan cerdik-pandai di

kalangan rakyat Indonesia. Golongan ini sadar akan dirinya dan keadaan yang serba

terbelakang dari masyarakatnya. Mereka mulai bangkit menjadi suatu kekuatan

sosial baru, yang berjuang untuk perbaikan nasib bagi rakyat Indonesia. Tidak hanya

kesejahteraan yang mereka tuntut tetapi juga kemerdekaan nasional. Gerakan yang

mereka lakukan disebut Pergerakan Nasional.

Menghadapi keadaan baru di kalangan rakyat tersebut, di pihak kolonialis

terdapat perbedaan pendapat. Di satu pihak ada pendapat bahwa nasionalisme dapat

dihadapi dengan memperluas lembaga-lembaga pendidikan, dan alat-alat

pemerintahan dalam bidang sosial. Kepada pemerintah dianjurkan agar menilai situasi

Indonesia sesuai dengan keadaannya. Di pihak lain para penguasa, terutama gubernur

jenderal sangat mengkhawatirkan akan perkembangan baru ini, karena dipandang

dapat mengancam kelangsungan hidup kolonialisme Belanda. Keadaan serupa juga

terdapat di kalangan Belanda yang konservatif, baik pegawai pemerintah maupun

Sumber: Pemuda Indonesia, Kurnia Esa Jkt, hal 66

G

a

m

b

a

r

6

.

3 Mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di

STOVIA inilah yang mulai menanamkan kesadaran berbangsa

110

IPS SMP/MTs Kelas VIII

pengusaha-pengusaha. Untuk itu munculnya Nasionalisme Indonesia selalu diawasi

oleh pemerintah kolonial Belanda.

Didirikannya sekolah-sekolah pada zaman kolonial sudah tentu tujuannya yang

utama adalah untuk kepentingan pemerintah kolonial. Jenis, tingkat, dan mutu

sekolah tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan pada waktu itu. Terutama untuk

memperoleh tenaga-tenaga bawahan (kasar) yang terdidik. Karena itu menjelang

akhir abad ke-19 sekolah yang disebut ”modern” terbatas sekali.

Mula-mula diperkenalkan kepada rakyat pribumi dua macam sekolah dasar,

yaitu sebagai berikut.

a.

Sekolah Kelas Dua

, ialah sekolah untuk mendidik calon-calon pegawai rendah;

muridnya berasal dari golongan masyarakat biasa.

b.

Sekolah Kelas Satu

, khusus untuk anak-anak dari golongan masyarakat

menengah. Untuk anak-anak Eropa dan orang asing lainnya didirikan sekolah

yang hanya khusus untuk mereka.

Sejak awal abad ke-20 diperkenalkan sistem sekolah desa. Penyelenggaraan

sekolah ini tergantung kepada kemampuan masyarakat setempat. Pemerintah hanya

memberikan subsidi dan pengawasan. Lama belajar adalah tiga tahun. Mata pelajaran

yang diajarkan ialah membaca, menulis, dan berhitung. Jadi sangat terbatas sekali.

Tetapi murid-murid yang terpandai dan terpilih dapat melanjutkan ke sekolah

sambungan.

Sekolah setingkat SD untuk anak keturunan Eropa adalah ELS (

Europese Lagere

School

). Ada juga sekolah guru (

Kweek School

), dan sekolah menengah dagang modern

(MMHS).

Untuk anak-anak golongan atas

didirikan sekolah HIS (=Sekolah Dasar).

Pada sekolah ini bahasa Belanda juga

menjadi bahasa pengantar. Setelah lulus

mereka dapat melanjutkan ke MULO

(=SMP) dan seterusnya ke AMS (=SMA).

Akan tetapi tidak semua murid yang lulus

dapat melanjutkan pelajarannya. Ada

beberapa syarat tertentu yang harus

dipenuhi. Antara lain harus mengikuti

testing, dan ditinjau kedudukan dan

penghasilan orang tuanya. Untuk

melanjutkan ke perguruan tinggi pada

mulanya tentu harus ke Eropa (Negeri

Belanda). Sejak tahun 1920 keadaan itu agak berkurang karena beberapa perguruan

tinggi telah ada di Indonesia. Seperti sekolah kedokteran (STOVIA), sekolah hukum

(

Rechts Hoge School

), sekolah teknik (THS).

Di samping sekolah umum juga ada sekolah kejuruan. Seperti sekolah

pamongpraja, sekolah guru, sekolah teknik, sekolah dagang, dan sebagainya. Sudah

tentu di samping adanya sekolah pemerintah juga ada sekolah swasta. Baik swasta

Sumber: SNI V, Mawarti D, Balai Pustaka hal 330

G

a

m

b

a

r

6

.

4 Soetomo dan teman-temannya para siswa STOVIA

tahun 1908 sedang praktikum anatomi

IPS SMP/MTs Kelas VIII

111

asing maupun swasta pribumi. Sekolah yang diusahakan swasta asing, yaitu

missi

dan

zending

, di beberapa daerah bahkan mengalahkan peranan sekolah pemerintah.

Seperti di daerah bahkan mengalahkan peranan sekolah pemerintah. Seperti di

daerah Sulawesi Utara dan Tapanuli Utara. Sekolah swasta pribumi biasanya didirikan

oleh organisasi partai atau organisasi keagamaan. Seperti sekolah-sekolah yang

didirikan Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Juga terkenal sekolah-sekolah Taman

Siswa, Ksatrian Institut, Perguruan Rakyat dan INS Kayutanam.

Penyebaran pendidikan melalui sekolah, walaupun tidak merata, telah terjadi

di seluruh Indonesia. Daerah di mana kekuasaan pemerintah telah berakar sampai

ke desa-desa, penyebarannya sudah luas sekali. Umumnya antara tahun 1910 – 1930

merupakan masa subur bagi perluasan pendidikan.

Penyebaran pendidikan yang bercorak Barat, berbagai macam ilmu diajarkan,

memperluas pula dengan cepat lapangan kerja baru. Seseorang akan menjadi ahli

hanya pada ilmu yang dipelajarinya. Ia akan bekerja sesuai dengan ilmu yang

dimilikinya. Di samping itu pelajar-pelajar dan mahasiswa yang berasal dari

lingkungan dan adat-istiadat yang berbeda, kini memiliki pola berpikir yang sama.

Dengan demikian komunikasi antara mereka menjadi lebih mudah. Hal ini sangat

menguntungkan dalam Pergerakan Nasional. Dan dengan ilmu yang mereka terima,

mereka menjadi lebih dapat mengenal lingkungan masing-masing. Inilah yang

kemudian mendorong munculnya Nasionalisme Indonesia.

3. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam

Pertumbuhan corak pendidikan modern yang diusahakan oleh pemerintah,

juga mempengaruhi tumbuhnya sekolah swasta. Beberapa perguruan swasta seperti

Taman Siswa, Ksatrian Institut, INS Kayutanam dan Perguruan Rakyat berusaha

juga mengembangkan budaya nasional untuk mengimbangi pengaruh budaya Barat.

Di samping itu sekolah-sekolah agama mulai pula memperbaharui sistem dan metode

pengajaran mereka. Berbagai jenis pengajaran umum mulai diperkenalkan, terutama

sekolah-sekolah yang diusahakan oleh pembaharu-pembaharu Islam. Di beberapa

daerah, sekolah jenis ini berkembang dengan pesat, seperti sekolah-sekolah Islam di

Sumber: SNI 3, Nugroho Depdikbud hal 24

G

a

m

b

a

r

6

.

5 Gedung STOVIA (sekarang dikenal dengan nama

Gedung Kebangkitan Nasional)

Sumber: SNI V, Balai Pustaka Marwati D, hal 331

G

a

m

b

a

r

6

.

6 Pembukaan Sekolah Hukum tahun 1909

112

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Sumatera Barat dan sekolah yang

diusahakan oleh Muhammadiyah mau

pun Sarekat Islam.

Sekolah yang didirikan oleh Sarekat

Islam pertama kali berdiri di Semarang

pada tanggal 21 Juni 1921 dengan kepala

sekolah bernama Tan Malaka. Tan

Malaka adalah lulusan sekolah guru

untuk Bumi Putera di Bukit Tinggi.

Melalui sekolah yang dipimpinnya itu,

ia ingin mencapai tiga tujuan yaitu

sebagai berikut.

1.

Memberi bekal yang cukup, agar anak-anak didik dapat mencari

penghidupannya dalam dunia kapitalis (dengan memberikan pelajaran

berhitung, menulis, membaca, sejarah, ilmu bumi, bahasa Jawa, Melayu,

Belanda, dan lain-lain).

2 .

Menunjukkan kewajibannya terhadap rakyat. Supaya anak-anak lulusan sekolah

ini di kemudian hari tidak melupakan rakyat justru harus menaikkan derajat rakyat.

3.

Memberikan hak kepada murid-murid untuk bersuka cita melalui kehidupan

perkumpulan-perkumpulan.

Perkumpulan anak-anak merupakan suatu sekolah tersendiri, yang besar artinya

untuk mendidik rasa dan pikiran merdeka, mendidik untuk memikirkan dan

menjalankan persaingan dalam pergaulan hidup, mendidik untuk lancar dan

berani berbicara.

Ikatan politik sesama siswa Sarekat Islam perlu dibina

dan dikembangkan dengan tujuan bahwa mereka kelak akan

hidup berdampingan dengan rakyat dalam perjuangan

ekonomi dan politik. Dalam waktu singkat, sekolah Sarekat

Islam ini sudah menjadi 12 cabang dengan jumlah siswa

+ 3.000 orang. Kemajuan pesat sekolah SI antara lain

disebabkan karena pemerintah sendiri belum mampu untuk

mengadakan sekolah yang mencukupi untuk penduduk

Bumi Putera.

Pendidikan Islam tidak hanya melalui jenis sekolah

agama, tetapi juga melalui pesantren, madrasah dan surau.

Pesantren dan madrasah yang digerakkan oleh kaum

reformis Islam merupakan jenis sekolah yang coraknya

bertolak belakang dengan sekolah yang didirikan oleh

pemerintah, baik dari sudut isi pengajaran, cara pendidikan maupun dari

kemungkinan yang bisa diharapkan oleh seorang siswa. Sekolah yang berusaha

untuk memberi dasar ideologi antara lain Taman Siswa, INS Kayutanam dan

Muhammadiyah. Terutama di sekolah Muhammadiyah, siswa dididik selain pelajaran

agama, juga pelajaran umum.

Sumber: SNI 3, Nugroho N, Depdikbud hal 30

G

a

m

b

a

r

6

.

7 Pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia

Sumber: Album Perj. Kemerdekaan Indonesia

BPHP Veteran hal. 62

G

a

m

b

a

r

6

.

8 Tan Malaka, Pendiri

Sekolah Sarekat Islam di

Semarang

IPS SMP/MTs Kelas VIII

113

Akibat lain dari meluasnya pengajar-

an ini ialah berkembangnya berbagai

ideologi. Karena pelajar berasal dari

berbagai daerah dan lingkungan budaya

serta tingkat sosial dan ekonomi yang

berbeda, cara mereka menilai lingkungan

berbeda-beda pula. Karena rumusan cita-

cita mereka berbeda-beda pula. Sebagian

dari mereka mengkaitkan diri dengan

kebangkitan Islam.

Dari hasil pendidikan Islam, akan

muncul pula cendikiawan Islam, ulama

dan kyai yang mempelopori Pergerakan

Nasional. Mereka mendorong masyarakat untuk mencintai tanah air dan agamanya.

Pergerakan tersebut tidak hanya bersifat kedaerahan tetapi terus meluas ke Nasional.

Akhirnya munculah jiwa Nasionalisme Indonesia.

Sumber: SNI 3 Nugroho Notosusanto, Depdikbud hal. 38

G

a

m

b

a

r

6

.

9 Di antara tokoh cendekiawan Islam pelopor pendidikan

dan perguruan Islam

Kecakapan Personal dan Sosial

1. Diskusikan bersama dengan kelompokmu tentang persamaan dan perbedaan antara

pengaruh pendidikan Barat dengan pengaruh pendidikan Islam terhadap munculnya

nasionalisme Indonesia.

2. Kemudian presentasikan hasil diskusi kelompok tersebut di depan kelas (hal ini dilakukan

secara bergiliran anta rkelompok).

3. Berilah kesempatan pada kelompok lain untuk memberi sanggahan dan tanggapan.

4. Di akhir diskusi, bersama guru pengajar buatlah kesimpulan atas hasil diskusi kelompok.

B

Peranan Golongan Terpelajar, Profesional

dan Pers dalam Menumbuhkembangkan

Kesadaran Nasional Indonesia

Salah satu realisasi dari pelaksanaan politik etis adalah didirikannya sekolah-

sekolah di Indonesia. Walaupun sebenarnya sekolah-sekolah tersebut untuk

kepentingan pemerintah Belanda. Namun ada juga rakyat Indonesia yang

mengenyam pendidikan. Golongan inilah yang nanti sangat berperan dalam

menumbuhkembangkan kesadaran Nasional Indonesia. Golongan inilah yang

kemudian disebut golongan terpelajar.

114

IPS SMP/MTs Kelas VIII

1. Timbulnya Golongan Terpelajar dan Profesional

Dalam masyarakat secara umum terdapat tiga lapisan berdasarkan status

sosialnya, yaitu sebagai berikut.

1.

Lapisan bawah, yang biasanya disebut rakyat jelata. Yaitu terdiri dari para buruh,

tani biasa, nelayan dan sebagainya.

2.

Lapisan menengah yaitu terdiri dari para pedagang, petani-petani kaya, dan

para pegawai yang terdiri dari berbagai profesi.

3.

Lapisan atas yaitu biasa disebut golongan elite. Golongan elite ialah orang-orang

yang sangat dihormati di dalam masyarakat.

Biasanya mereka adalah keturunan bangsawan atau kerabat raja dan pemuka-

pemuka agama, seperti ulama dan kyai yang sangat berpengaruh di dalam

masyarakat. Golongan ini pada umumnya sudah banyak mengenyam pendidikan.

Sebelum abad ke-20, kesadaran Nasional Indonesia belum berkembang mantap.

Golongan elite dan golongan terpelajar terdapat di dalam masyarakat masih bersifat

kedaerahan. Mereka hanya terpandang dan dihormati terbatas dalam lingkungan

daerah masih-masing. Kekuasaan pemerintah kolonial Belanda yang telah menguasai

daerah-daerah di Indonesia ternyata tidak merubah kedudukan golongan elite tersebut.

Hal ini disebabkan karena tenaga dan kekuasaan mereka tetap dipertahankan

oleh pemerintah kolonial, untuk membantu kelancaran administrasi pemerintah

kolonial. Selain itu kebijakan ini untuk menghemat biaya pemerintah dan murahnya

tenaga bangsa Indonesia.

Politik etis yang dijalankan di Indonesia pada akhir abad ke-19 mulai mengubah

keadaan yang tradisional tersebut. Perluasan pengajaran dan pengaruh penerobosan

ekonomi uang telah memungkinkan terjadinya pergeseran-pergeseran dan

perubahan status sosial seseorang. Kota-kota besar yang menjadi pusat pengajaran/

pendidikan, perdagangan, dan industri merupakan tempat bertemunya pelajar-

pelajar dan pemuda-pemuda dari berbagai daerah yang berbeda-beda adat-istiadat

dan kedudukan sosial mereka. Ilmu yang sama-sama mereka terima dari bangku

sekolah memberikan kepada mereka suatu keseragaman berpikir mengenai sesuatu.

Hal ini memudahkan pendekatan-pendekatan sesama mereka. Khususnya dalam

diskusi-diksusi yang dilakukan. Semua aspek yang terjadi di dalam masyarakat,

mereka bicarakan dan perbandingkan antara satu daerah dengan daerah lainnya

sehingga diperoleh suatu kesimpulan bersama.

Kesimpulan mereka bahwa tanpa pendidikan, kemajuan bangsa Indonesia akan

lambat. Dalam bidang politik dapat dilihat tekad organisasi-organisasi daerah dan

partai-partai politik untuk persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi kelihatan secara lambat

laun bahwa jangkauan pemikiran mereka sudah keluar dari batas daerah masing-

masing. Muncullah waktu itu beberapa tokoh pemimpin nasionalis yang ber-

pengaruh di kalangan rakyat, seperti dr. Sutomo, HOS. Tjokroaminoto, dr. Tjipto

Mangunkusumo, H. Agus Salim dan Abdul Moeis pada masa-masa awal Pergerakan

Nasional; Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Mr. Muh. Yamin dan sebagainya

pada waktu berikutnya.

IPS SMP/MTs Kelas VIII

115

2. Peranan Golongan Terpelajar dan Profesionalisme

dalam Perkembangan Kesadaran Nasional Indonesia

Dalam menumbuhkan golongan terpelajar ini pengaruh sistim pendidikan Barat,

terutama di perguruan tinggi, sangat menonjol. Dengan ilmu, mereka mencari ide

dan pemikiran sendiri untuk kemajuan masyarakat. Keahlian seseorang dalam suatu

ilmu mendesak keturunan sebagai ukuran bagi penentuan status seseorang. Kaum

terpelajar yang tumbuh menjadi elite nasional sadar bahwa belenggu tradisional yang

mengikat daerah-daerah, dan juga diskriminasi rasial yang dijalankan pemerintah

kolonial, sangat menghambat bagi cita-cita nasionalisme Indonesia, yaitu menggalang

persatuan nasional dan mencapai kemerdekaan nasional.

Elite nasional yang telah mempunyai dasar baru dalam memandang masyarakat

sekitarnya, yaitu nasionalisme Indonesia, berusaha merubah pandangan yang bertolak

dari lingkungan daerahnya masing-masing. Mereka yakin bahwa cita-cita

kemerdekaan Indonesia hanya akan berhasil apabila nasionalisme telah tumbuh

dengan subur sehingga merupakan kekuatan yang merata yang mengikat semua

suku di Indonesia dalam ikatan persatuan nasional yang kokoh. Mereka juga sadar

bahwa untuk mempercepat proses tercapainya hal tersebut perlu diadakan organisasi

terhadap rakyat dengan membentuk partai dan perserikatan massa yang mempunyai

keanggotaan luas.

Ada beberapa faktor yang memudahkan proses pertumbuhan nasionalisme itu,

yakni : pendidikan, bahasa dan media komunikasi massa (surat kabar, majalah, buku,

dan brosur). Pemimpin-pemimpin pergerakan nasional sadar, bahwa langkah

pertama untuk mengembangkan nasionalisme adalah melalui pendidikan. Karena

itu partai-partai politik maupun tokoh nasionalis secara perorangan mendirikan

sekolah-sekolah (dengan berbagai macam dan tingkat) yang tujuannya di samping

untuk mendidik kader-kader partai juga mendidik murid-muridnya dalam iklim

nasionalisme. Adalah menarik bahwa kaum ibu Indonesia yang dipelopori oleh

R.A. Kartini juga telah membantu pertumbuhan nasionalisme di kalangan kaum

wanita. Kongres Wanita Pertama tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta

memperkuat peranan wanita dalam Pergerakan Nasional.

Puncak peranan elite nasional dalam menumbuhkan nasionalisme tercapai

dengan diucapkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam

Kongres Pemuda di Jakarta. Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa : Indonesia. Di sini

dengan tegas telah dipatrikan arti nasionalisme Indonesia untuk wilayah dari Sabang

sampai Merauke. Semenjak itu bahasa Melayu disebut bahasa Indonesia, yang peng-

gunaannya kemudian semakin luas. Lagu Indonesia Raya karangan W.R. Supratman

yang diperdengarkan pada Kongres Pemuda tahun 1928 itu makin memantapkan

rasa nasionalisme itu.

Peranan para profesional yang terdiri dari para dokter, ahli hukum, insinyur,

seniman, ahli pertanian, ahli kehewanan, para pendidik, dengan kesadarannya

menulis di dalam pers Indonesia dan organisasi pergerakan. Dengan demikian,

mereka telah ikut serta dalam pendidikan nasional bagi rakyat Indonesia.

116

IPS SMP/MTs Kelas VIII

3. Peranan Pers (Media Komunikasi) dalam Perkembangan

Kesadaran Nasional Indonesia

Pers atau media komunikasi me-

megang peranan sangat penting dalam

menyadarkan rakyat Indonesia dalam

menempuh perjuangan.

Di bidang media komunikasi massa

puluhan surat kabar dan majalah yang

diterbitkan oleh orang Indonesia pada

waktu itu. Menyerukan agar rakyat

Indonesia bangkit dan bersatu-padu

untuk menghadapi imperialisme,

kolonialisme, dan kapitalisme Belanda.

Kemiskinan, kesengsaraan dan keter-

belakangan sebagai rakyat terjajah akan

dapat diatasi apabila rakyat di tiap daerah bersatu untuk berjuang mencapai

kemerdekaan.

Pers memang merupakan alat komunikasi massa yang sangat tepat untuk

menggerakkan semangat perjuangan karena langsung berhubungan dengan

masyarakat luas. Meskipun pers masih terbatas pada pers cetak yang jumlahnya

masih terlalu sedikit, ternyata peranannya sangat besar. Khususnya dalam mem-

bangkitkan rasa kebangsaan dan persatuan. Melalui pers perkembangan setiap

pergerakan dapat segera diketahui masyarakat, baik masyarakat pergerakan maupun

masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan perkembangan pergerakan,

berkembang pula kesadaran masyarakat akan arti pers dalam perjuangan mencapai

kemerdekaan.

Pers yang ada pada waktu itu, pada umumnya berupa harian surat kabar dan

majalah. Beberapa surat kabar yang terkenal waktu itu ialah

De Expres, Oetoesan

Hindia

, dan lain-lain. Majalah yang banyak pengaruhnya adalah Indonesia Merdeka

yang diterbitkan oleh Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Tidak heran bila

banyak dari surat kabar dan majalah itu dibrangus oleh pemerintah kolonial karena

dipandang sangat berbahaya.

Contoh surat kabar yang terbit, yang sangat mempengaruhi kesadaran rakyat

Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Bintang Soerabaja (1861) di Surabaya

Surat kabar ini merupakan surat kabar berbahasa Melayu yang tertua di

Indonesia. Isinya selalu menentang pemerintah dan berpengaruh di kalangan orang-

orang Cina dari partai modern di Jawa Timur. Pemimpin redaksi surat kabar ini

adalah Courant.

Sumber: SNI V Marwati D. Balai Pustaka, hal. 343

G

a

m

b

a

r

6

.

1

0 Pers Nasional di Masa Pergerakan

IPS SMP/MTs Kelas VIII

117

2. Medan Prijaji (1907) di Bandung

Surat kabar ini merupakan pelopor pers nasional pemimpin redaksinya adalah

RM. Tirtoadisuryo. Ia adalah orang pertama Indonesia yang bergerak di bidang

penerbitan dan percetakan. Ia juga dianggap sebagai wartawan pertama di Indonesia

yang menggunakan surat kabar sebagai alat untuk membentuk pendapat umum.

Karena karangan-karangannya yang tajam terhadap penguasa, maka

Tirtoadisuryo pernah dibuang ke Lampung. Tetapi dari tempat pembuangan itupun

ia masih terus menulis karangan-karangan yang bercorak membela nasib rakyat

kecil serta melawan penindasan dari pemerintah kolonial.

3. De Expres (1912) di Bandung

Dalam surat kabar De Expres terdapat karangan-karangan Douwes Dekker

dengan nama samaran Dr. Setyabudi banyak menulis dalam kaitannya dengan

kesadaran Nasional. Walaupun surat kabar ini terbit dalam bahasa Belanda, namun

isinya berhubungan dengan masa depan Hindia Belanda. Pokok-pokok pikiran yang

kemudian merupakan landasan kesatuan dan perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Surat kabar De Expres diterbitkan oleh Indische Partij, yang dipimpin oleh Tiga

Serangkai. Karena banyak mengkritik pemerintah akhirnya para tokohnya ditangkap

dan diasingkan.

4. Oetoesan Hindia (1913) di Surabaya

Oetoesan Hindia adalah surat kabar yang dikelola oleh

Sarekat Islam dengan pimpinan HOS Tjokroaminoto,

Sosrobroto dan Tirtodanudjo. Karangan-karangannya sangat

kritis yang isinya mencerminkan dunia pergerakan, politik,

ekonomi, dan perburuhan.

5. Saroetomo (1912) di Surakarta

Saroetomo adalah surat kabar yang dimiliki oleh Sarikat

Islam. Dengan munculnya penulis Mas Marco Dikromo

tulisannya semakin banyak dibaca. Mas Marco me-

ngomentari cara kerja komisi untuk menyelidiki sebab-sebab

kemunduran dan kemakmuran rakyat Bumi Putera.

6. Hindia Putera (1916) di Belanda

Hindia Putera adalah majalah berbahasa Belanda yang diterbitkan oleh tokoh

Tiga Serangkai yang dibuang ke Nederland, yaitu R.M. Suwardi Suryaningrat lewat

majalah ini, mereka berhasil mempertahankan arah perjuangan mereka. Apalagi

setelah Hindia Putera juga terbit dalam bahasa Melayu (Indonesia) sehingga dapat

dibaca oleh Bumi Putera.

Sumber: Sej. Nas. Indonesia 3 Nugroho,

Depdikbud hal. 38

G

a

m

b

a

r

6

.

1

1

HOS. Tjokro Aminoto

118

IPS SMP/MTs Kelas VIII

7. Indonesia Merdeka (1924) di Belanda

Majalah ini merupakan kelanjutan dari Hindia Putera. Isi dan corak karangan-

karangan majalah ini merupakan aksi untuk mencapai tujuan Perhimpunan

Indonesia (PI), terutama untuk memperkuat cita-cita kesatuan bangsa Indonesia.

Kecakapan Personal dan Sosial

Buatlah kelompok kerja dengan anggota 4 – 5 orang. Kemudian carilah contoh-contoh isi berita

yang pernah dikeluarkan oleh surat kabar/majalah pada masa pemerintahan kolonial Belanda!

Buatlah kliping dengan tebal 4 – 5 halaman. Kumpulkan pada guru mata pelajaran Sejarah

yang membimbingmu untuk dinilai. Setelah itu tempelkan pada Mading di sekolahmu, agar

teman-teman kamu dapat membaca!

Dilaksanakan politik etis membawa dampak positif bagi bangsa Indnesia yaitu

lahirnya golongan cendekiawan atau terpelajar. Golongan inilah yang nantinya mulai

sadar akan nasib bangsanya yang terbelakang di segala bidang akibat penjajahan.

Oleh karena itu, mereka bangkit menjadi penggerak perjuangan bangsa Indonesia

dengan membentuk organisasi pergerakan nasional.

Pergerakan Nasional Indonesia didorong oleh faktor dari dalam negeri dan faktor

dari luar negeri.

1. Faktor dari Dalam Negeri

Faktor-faktor dari dalam negeri yang mendorong munculnya pergerakan

nasional di antaranya adalah:

a. Penderitaan Rakyat yang Berkepanjangan

Penjajahan yang pada hakekatnya merupakan penderitaan, karena potensi

bangsa terjajah dikuasai untuk kepentingan penjajah. Bangsa Indonesia mengalami

zaman penjajahan yang panjang dan menyengsarakan sejak kedatangan Portugis,

Inggris, dan Belanda. Kebencian rakyat muncul karena adanya jurang pemisah yang

lebar antara bangsa Barat dengan rakyat Bhumiputra. Penindasan yang dilakukan

C

Perkembangan Pergerakan Nasional yang

Bersifat Etnik, Kedaerahan, Keagamaan, dan

Terbentuknya Nasionalisme Indonesia

IPS SMP/MTs Kelas VIII

119

oleh pemerintah kolonial meliputi berbagai aspek kehidupan yang mengakibatkan

penderitaan rakyat sehingga memunculkan kesadaran nasional dan mulai memahami

perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa kaum terpelajar maka keinginan itu

menjadi kenyataan dalam bentuk pergerakan nasional. Mereka menyadari hanya

dengan persatuan dan kesatuan itulah akan terbentuk sesuatu kekuatan yang besar

untuk mencapai kemenangan.

b. Lahirnya Golongan Terpelajar

Suatu kenyataan bahwa para pelopor pergerakan nasional terdiri atas para pelajar

STOVIA (sekolah ”dokter Hindia”). Para lulusan dokter Hindia ini sangat peka

terhadap penderitaan rakyat karena tugas yang diemban berupa pengabdian terhadap

kondisi masyarakat. Dengan intelektualnya, mereka memiliki gagasan untuk

mengembangkan taktik perjuangan dengan berorganisasi. Inilah peran penting kaum

terpelajar yang hendaknya menjadi pelopor di masyarakat.

c. Mengenang Kejayaan Masa Lampau yang Gemilang

Kejayaan masa lampau bangsa Indonesia pada zaman Sriwijaya dan Majapahit

dapat menggugah semangat nasionalisme golongan terpelajar sehingga berupaya

melepaskan diri dari penjajah Belanda.

2. Faktor dari Luar Negeri

Faktor-faktor dari luar negeri yang mendorong munculnya pergerakan nasional

di antaranya adalah sebagai berikut.

a.

Kemenangan Jepang atas Rusia dalam tahun 1905.

b .

Kebangkitan Nasional negara-negara tetangga seperti India, Philipina, Cina, dan

Turki.

c.

Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan demokrasi.

3. Masa Awal Perkembangan

Perkembangan organisasi-organisasi dalam pergerakan nasional pada masa awal

ditandai dengan munculnya organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische

Partij. Marilah kita cermati perkembangan organisasi-organisasi tersebut, kita hayati

agar kita dapat meneladani perjuangan tokoh-tokohnya.

Perkembangan pergerakan nasional di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

a. Budi Utomo (BU)

Seorang dokter Jawa bernama dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun 1906 dan

1907 meng-adakan perjalanan kampanye di kalangan priyayi di pulau Jawa. Ia

menyampaikan pendapat untuk memajukan bangsanya melalui pendidikan.

Pendidikan ini akan diusahakan sendiri tanpa bantuan pemerintah kolonial dengan

120

IPS SMP/MTs Kelas VIII

mendirikan

Dana Pelajar

atau

Studiefonds,

untuk

membantu para pelajar yang kurang mampu agar dapat

melanjutkan sekolah.

Dalam perjalanannya, pada akhir tahun 1907 dr. Wahidin

Sudirohusodo bertemu dengan Sutomo, mahasiswa STOVIA

di Jakarta. Sutomo menyampaikan gagasan dr. Wahidin

Sudirohusodo kepada teman-temannya di STOVIA.

Mahasiswa-mahasiswa STOVIA yang sudah memiliki cita-

cita meningkatkan kedudukan dan martabat bangsa itu

terdorong oleh kampanye yang dilakukan dr. Wahidin

Sudirohusodo.

Pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan

kawan-kawannya berkumpul di ruang anatomi gedung

STOVIA. Mereka sepakat mendirikan organisasi Budi

Utomo. Para mahasiswa yang tergabung dalam Budi Utomo

ini adalah Sutomo sebagai ketua, Moh. Sulaeman sebagai

Wakil Ketua, Gondo Suwarno sebagai Sekretaris I, Gunawan

Mangunkusumo sebagai Sekretaris II, Angka sebagai

bendahara, Muhammad Saleh dan Suwarno sebagai

komisaris. Juga beberapa nama lain yakni Suwardi, Samsu,

Suradji, Sudibyo, dan Gumbrek.

Dari bulan Mei sampai awal Oktober 1908, Budi Utomo

merupakan organisasi pelajar dengan intinya pelajar

STOVIA. Tujuan organisasi ini dirumuskan secara samar-

samar, yaitu kemajuan bagi Hindia, di mana jangkauan

geraknya pada penduduk Jawa dan Madura. Dalam waktu

singkat di beberapa kota berdiri cabang-cabang Budi Utomo

yakni Bogor, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, dan

Probolinggo.

Pada tanggal 3 – 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongres yang

pertama di Yogyakarta. Dalam kongres itu ditetapkan tujuan Budi Utomo adalah

kemajuan yang selaras (harmonis) buat negeri dan bangsa, terutama dengan

memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri,

dan kebudayaan (kesenian dan ilmu). Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama

dipilih R.T.A. Tirtokusumo, bupati Karanganyar. Ia menjabat sampai tahun 1911.

Kemudian jabatan ketua Budi Utomo berturut-turut adalah Pangeran Aryo

Notodirodjo (1911-1914), R.Ng. Wedyodipuro (Radjiman Wedyodiningrat) tahun

1914-1915, kemudian R.M. Ario Suryo Suparto (1915). Setelah kepengurusan Budi

Utomo dipegang golongan tua maka para pelajar menyingkir dari barisan depan.

Budi Utomo semakin lamban kegiatannya setelah keluarnya Cipto Mangunkusumo

dan Suryodiputro. Aktivitas Budi Utomo pada waktu itu terbatas pada penerbitan

Majalah

Goeroe Desa.

Sejak tahun 1912 ketika Pangeran Notodirodjo menjabat

ketua, Budi Utomo berusaha mengejar ketinggalan tetapi tidak banyak hasilnya

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT.

Mutiara Sumber Widya, hal. 133

G

a

m

b

a

r

6

.

1

2

dr. Wahidin

Sudirohusodo

Sumber: Album Pahlawan Bangsa,

PT. Mutiara Sumber Widya, hal. 19

G

a

m

b

a

r

.

6

.

1

3 dr. Sutomo

IPS SMP/MTs Kelas VIII

121

karena saat itu muncul organisasi-organisasi lain seperti Sarekat Islam dan Indishce

Partij.

Sejak pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914 sampai 1919 terlihat usaha-

usaha Budi Utomo terjun ke bidang politik. Akan tetapi karena tidak mendapat

dukungan massa maka kedudukan secara politik kurang begitu penting. Namun

ada hal yang penting yakni bahwa Budi Utomo merupakan organisasi sosial

kebangsaan yang pertama berdiri di Indonesia dan di situlah terdapat benih semangat

nasional yang pertama. Oleh karena itu tanggal kelahiran Budi Utomo, 20 Mei,

diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.

b. Sarekat Islam (SI)

Pada tahun 1909, Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan

perkumpulan dagang di Jakarta dengan nama

Sarekat

Dagang Islam

(SDI). H. Samanhudi seorang pedagang batik

dari Laweyan Solo merasa tertarik dengan organisasi dagang

ini. Akhirnya ia mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo

pada akhir tahun 1911. Tujuannya adalah untuk memaju-

kan agama, dan untuk memperkuat diri bagi golongan

pedagang-pedagang Indonesia terhadap pedagang-

pedagang Cina. Pada waktu itu pedagang Cina memegang

peranan penting dalam leveransir bahan-bahan yang

diperlukan oleh perusahaan batik. Dalam mendirikan

Sarekat Dagang Islam di Solo, H. Samanhudi mengajak

pedagang-pedagang batik terkenal di antaranya

M.Asmodimejo, M. Kertotaruno, M. Sumowerdoyo, dan

H.M. Abdulrajak. Organisasi yang baru didirikan tersebut

diketuai oleh H. Samanhudi. Berdirinya Sarekat Islam selain didorong oleh faktor

ekonomi juga dilandasi oleh faktor agama.

Pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi

Sarekat

Islam

. Hal ini dilakukan atas saran Haji Oemar Said Tjokroaminoto, seorang pelajar

Indonesia yang bekerja pada perusahaan dagang di Surabaya. Alasan perubahan

nama ini adalah agar perkumpulan itu jangkauannya lebih luas tidak terbatas pada

golongan pedagang saja.

Tujuan Sarekat Islam sesuai anggaran dasarnya adalah sebagai berikut.

1)

Memajukan perdagangan.

2)

Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami kesulitan.

3)

Memajukan kepentingan rokhani dan jasmani dari penduduk asli.

4)

Memajukan kehidupan agama Islam.

Dalam waktu singkat Sarekat Islam berhasil mendapat anggota di kalangan

rakyat banyak sehingga meluas menjadi organisasi massa yang pertama di Indonesia.

Hal ini berbeda dengan Budi Utomo yang dalam praktiknya hanya beranggotakan

rakyat dari golongan atas.

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT .

Mutiara Sumber Widya, hal. 9

G

a

m

b

a

r

6

.

1

4 H. Samanhudi

122

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Walaupun tujuan Sarekat Islam yang dirumuskan tidak bersifat politik, akan

tetapi kegiatan-kegiatannya memperjuangkan keadilan dan kebenaran dari

penindasan pemerintah kolonial. Kenyataan ini membuat pemerintah Hindia Belanda

merasa khawatir. Oleh karena itu, yang mendapat ijin pendirian hanya tingkat lokal/

cabang. Sedangkan ijin pendirian Sarekat Islam tingkat pusat ditolak. Bagaimana

menurut pendapat anda sikap Belanda yang demikian ini?

Kongres pertama Sarekat Islam dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 1913 di

Surabaya dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Dalam kongres ini, beliau menerangkan

bahwa Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak beraksi melawan pemerintah

Belanda. Pada waktu itu anggota Sarekat Islam semakin bertambah. Di Jakarta

berjumlah kurang lebih 12.000 anggota.

Kongres Sarekat Islam kedua dilaksanakan di Solo.

Kongres kedua ini memutuskan bahwa Sarekat Islam hanya

terbuka bagi rakyat biasa sedangkan pegawai pangreh praja

tidak boleh menjadi anggota. Hal ini dimaksudkan agar Sarekat

Islam tetap merupakan organisasi rakyat.

Perkembangan Sarekat Islam semakin pesat. Pada tahun

1914 telah berdiri 56 Sarekat Islam Cabang. Pada bulan Februari

1915, Pimpinan Sarekat Islam membentuk pengurus pusat

yang dikenal dengan Central Sarekat Islam (CSI) yang

berkedudukan di Surabaya. Sebagai ketua kehormatan adalah

H. Samanhudi, H.O.S. Tjokroaminoto sebagai ketua, dan Raden

Gunawan sebagai wakil ketua. Pada tanggal 18 Maret 1916,

Central Sarekat Islam ini mendapat pengakuan dari pemerintah

Hindia - Belanda. Beberapa tokoh Sarekat Islam yang lain adalah Abdul Muis,

Wignyodisastro, dan Soewardi Soerjaningrat. Ketiga orang ini merupakan pengurus

SI di Bandung. Tokoh lain yang bergabung ialah K.H. Agus Salim.

Pada tanggal 17 – 24 Juni 1916, diadakan kongres Sarekat Islam yang ketiga di

Bandung. Kongres ini dinamakan Kongres (SI) Nasional Pertama. Jumlah cabang SI

ada 50, dan jumlah semua anggota pada waktu itu sudah mencapai 800.000. Dalam

kongres ini, SI mulai melontarkan pernyataan bahwa rakyat perlu diberi kesempatan

berpartisipasi dalam politik

Pada tanggal 20 – 27 Oktober 1917, SI mengadakan kongres yang keempat

(Kongres Nasional Kedua) di Jakarta. Dalam kongres ini di tubuh SI terdapat

perbedaan pendapat. Abdul Muis menyatakan perlunya SI berpartisipasi dalam

Volksraad. Sebaliknya,

Semaun

dan sebagian kecil pimpinan SI menolak ikut dalam

Volksraad. Perpecahan di dalam tubuh SI ini memberikan peluang kepada H.J.F.M.

Sneevliet dari golongan sosialis untuk memengaruhi sejumlah anggota SI Semarang

agar menjadi anggota ISDV (

Indische Sociaal Democratische Vereniging

). Dengan taktik

infiltrasi inilah golongan sosialis berhasil menyusup ke dalam tubuh SI. Seorang

tokoh komunis yang pernah tinggal di Moskwa, Darsono menyatakan tidak percaya

pada kepemimpinan HOS. Tjokroaminoto.

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT.

Mutiara Sumber Widya, hal. 23

G

a

m

b

a

r

6

.

1

5

H. Agus Salim

IPS SMP/MTs Kelas VIII

123

Memasuki tahun 1920 Sarekat Islam pecah menjadi dua yaitu:

1)

SI yang berpaham Islam, dikenal dengan SI Putih atau golongan kanan.

Kelompok ini dipimpin H.O.S. Tjokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto

yang berpusat di Yogyakarta.

2)

SI yang berpaham

Marxisme

atau

Komunisme

, dengan SI Merah atau golongan

kiri. Kelompok ini dipimpin Semaun yang berpusat di Semarang.

Pada akhir tahun 1921 (dalam kongres keenam) diputuskan adanya disiplin

partai yakni larangan anggota SI merangkap dua keanggotaan partai politik. Dengan

demikian kelompok

Semaun

dapat terdepak dari SI. Pada tahun 1923, kelompok

Semaun ini secara resmi diakui sebagai cabang Partai Komunis Indonesia dengan

nama Sarikat Rakyat.

Pada tanggal 17-20 Februari 1923, SI menyelenggarakan Kongres Nasional

ketujuh di Madiun. Nama SI pada waktu itu diubah menjadi Partai Sarekat Islam

(PSI). Kemudian atas pengaruh dr. Sukiman yang baru pulang dari Belanda, PSI

diubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dalam perkembangannya

PSII pecah menjadi dua kelompok yakni kelompok Sukiman yang menghendaki

PSII menekankan pada asas kebangsaan, dan kelompok HOS Tjokroaminoto yang

menekankan pada asas agama. Kelompok Sukiman mendirikan partai baru yakni

Partai Islam Indonesia (PARII). Pada tahun 1940, PSII pecah lagi menjadi PSII

Kartosuwiryo. Inilah perkembangan Sarekat Islam di mana untuk mencapai

tujuannya harus menghadapi berbagai tantangan.

c. Indische Partij ( IP)

Indische Partij

didirikan di Bandung

pada tanggal 25 Desember 1912.

Pendirinya

Dr. E.F.E. Douwes Dekker

sebagai ketua sedangkan

Suwardi

Suryaningrat

(Ki Hajar Dewantara) dan

dr. Tjipto Mangunkusumo

sebagai

wakil ketua. Ketiga tokoh ini kemudian

dikenal dengan ”Tiga Serangkai”.

Adapun tujuan

Indische Partij

seperti yang

termuat dalam anggaran dasar yaitu

membangunkan patriotisme semua

”Indiers” terhadap tanah air. Juga untuk

mempersiapkan kehidupan rakyat yang

merdeka. Untuk mencapai tujuan

tersebut ditetapkan cara-cara sebagai

berikut.

1)

Memelihara nasionalisme dengan

cara meresapkan cita-cita kesatuan

bangsa Indonesia.

Sumber: Lukisan Sejarah

G

a

m

b

a

r

6

.

1

6 Tiga Serangkai: Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar

Dewantara), Douwes Dekker (Setiabudi) dan dr . Tjipto

Mangunkusumo

124

IPS SMP/MTs Kelas VIII

2)

Memberantas rasa kesombongan rasial.

3)

Memberantas usaha-usaha untuk membangkitkan kebencian antar-agama.

4)

Berusaha mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Indonesia (Hindia).

5)

Memperbesar pengaruh pro Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan.

6)

Memperbaiki ekonomi rakyat Indonesia dengan memperkuat mereka yang

lemah ekonominya.

Sebagai media untuk menyebarluaskan pandangan-pandangan

Indische Partij

digunakan surat kabar

De Express.

Melalui surat kabar ini

Indische Partij

berkembang

ke berbagai daerah. Hal ini terbukti didirikannya 30 cabang IP dengan anggota

sejumlah 7.300 orang yang sebagian besar merupakan Indo-Belanda, sedangkan

jumlah anggota bangsa Indonesia 1500 orang.

Melihat tujuan dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan di atas

dapat dikatakan bahwa

Indische Partij

merupakan partai politik yang pertama kali di

Indonesia. Permohonan ijin pendirian partai ditolak oleh pemerintah Hindia Belanda

dan

Indische Partij

dinyatakan sebagai partai terlarang dengan alasan organisasi itu

berdasar politik dan mengancam keamanan umum.

Pada waktu pemerintah kolonial Belanda hendak merayakan ulang tahun ke-

100 kemerdekaan Negeri Belanda dari penjajahan Perancis, di Bandung dibentuklah

”Komite Bumiputera”. Komite ini menerbitkan tulisan Suwardi Suryaningrat yang

berjudul ”Als ik een Nederlander was ...” Yang isinya merupakan sindiran tajam

mengenai ketidakadilan di daerah jajahan. Dengan alasan kegiatan komite ini

berbahaya maka pada bulan Agustus 1913 ketiga tokoh Indische Partij dijatuhi

hukuman buangan. Douwes Dekker dibuang ke Timor Kupang, dr. Tjipto

Mangunkusumo dibuang ke Banda, dan Suwardi Suryaningrat dibuang ke Bangka.

Tetapi atas permintaan mereka sendiri pembuangan itu dipindahkan ke negeri

Belanda. Kesempatan di negeri Belanda itu oleh mereka digunakan untuk menambah

dan memperdalam ilmu.

Dengan kepergian ketiga pemimpin tersebut maka kegiatan Indische Partij

makin lemah. Kemudian

Indische Partij

berganti nama menjadi

Partai Insulinde

dengan asas utamanya mendidik suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat

cita-cita persatuan bangsa.

Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tidak banyak berarti bagi

perkembangan Partai Insulinde. Pada bulan Juni 1919 partai ini berganti nama

menjadi National Indische Partij (NIP), namun partai ini tidak banyak berpengaruh

terhadap rakyat. Sedangkan pembebasan hukuman terhadap Suwardi Suryaningrat

dilakukan pada bulan Juli 1918. Kemudian ia berjuang di bidang pendidikan dengan

mendirikan

Taman Siswa.

Dari uraian di atas, perjuangan Indische Partij besar sekali pengaruhnya terhadap

bangsa Indonesia, antara lain dengan propaganda nasionalisme Hindia dan aksi

mencapai kemerdekaan kelak, juga sebagai pembangun semangat, Douwes Dekker

sangat berjasa terhadap bangsa Indonesia. Para tokoh Indische Partij berani

IPS SMP/MTs Kelas VIII

125

menanggung risiko sebagai pejuang demi kepentingan bangsa dan negara, bukan

untuk kepentingan pribadi atau golongan.

2. Masa Radikal

a. Perhimpunan Indonesia (PI

)

Pada tahun 1908 di Negeri Belanda berdirilah organisasi para mahasiswa

Indonesia yang belajar di sana. Semula organisasi ini bernama

Indische vereeniging.

Pendirinya antara lain Sultan Kesayangan dan R.N. Noto Suroto. Tujuan yang ingin

dicapai organisasi ini adalah untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-

orang yang berasal dari Indonesia di Negeri Belanda.

Pada tahun 1922,

Indische Vereeniging

yang bersifat sosial, beralih bersifat politik

dengan nama

Indonesische Vereniging.

Perubahan nama ini ada hubungannya dengan

timbulnya Kesadaran Nasional setelah Perang Dunia I, kedatangan tokoh-tokoh

Indische Partij yang dibuang ke negeri Belanda yakni dr. Cipto Mangunkusumo,

R.M. Suwardi Suryaningrat, dan E.F.F. Douwes Dekker, dan juga kedatangan

mahasiswa yang belajar ke negeri Belanda yakni Ahmad Subardjo pada tahun 1919

dan Mohammad Hatta tahun 1921.

Kesadaran politik di kalangan Indische Vereeniging kemudian diperkuat lagi

oleh peristiwa kedatangan

Comite Indie Werbaar

(Panitia Ketahanan Hindia Belanda)

yang mengajukan usul kepada pemerintah untuk memperkuat ketahanan Hindia

Belanda di waktu perang dengan melatih orang-orang Indonesia di bidang militer.

Panitia itu terdiri atas R.Ng. Dwijosewoyo, Abdul Muis, dan Kolonel Rhemev.

Pada bulan Maret 1923, Majalah

Hindia Poetra

menyebutkan bahwa asas

dari organisasi

Indonesische Vereeniging

adalah sebagai berikut: Mengusahakan

suatu pemerintahan untuk Indonesia,

yang bertanggung jawab hanya kepada

rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal

yang demikian itu hanya akan dapat

dicapai oleh orang Indonesia sendiri

bukan dengan pertolongan siapa pun

juga; bahwa segala jenis perpecahan

tenaga haruslah dihindarkan, supaya

tujuan itu lekas tercapai.

Sejak tahun 1923

Indonesische

Vereeniging

aktif berjuang dan mem-

pelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia. Majalah

Hindia Poetra

pada tahun 1924 diubah menjadi

Indonesia Merdeka,

dan pada tahun

1925 organisasi

Indonesische Vereeniging

diubah menjadi

Perhimpunan Indonesia

Sumber: SNI V, BP, hal. 339

G

a

m

b

a

r

6

.

1

7 Para pemimpin Perhimpunan Indonesia. Dari kiri

ke kanan: Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa

Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan R.M. Sartono.

126

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Sementara itu kegiatan PI meningkat menjadi

nasional - demokratis, nonkooperasi

dan meninggalkan sikap kerja sama dengan kaum penjajah, bahkan lebih bersifat

internasional dan anti kolonial. Jadi asas perjuangan PI adalah

self help

dan non

kooperatif

yakni berjuang dengan kekuatan sendiri dan tidak minta bantuan

pemerintah kolonial Belanda. Bagaimana menurut pendapatmu sikap Perhimpunan

Indonesia yang demikian ini?

Dalam kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris

(Prancis) bulan Agustus 1926, Moh. Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk

kemerdekaan Indonesia. Hal ini menambah kecurigaan pemerintah Belanda terhadap

PI. Moh. Hatta atas nama PI menandatangani perjanjian rahasia dengan Semaun

(tokoh PKI) pada tanggal 5 Desember 1926. Isinya perjanjian menyatakan bahwa

PKI mengakui kepemimpinan PI dan akan dikembangkan menjadi suatu partai

rakyat kebangsaan Indonesia, selama PI secara konsekuen tetap menjalankan politik

untuk kemerdekaan Indonesia.

Semakin aktifnya tokoh-tokoh PI

berhubungan dengan tokoh-tokoh

politik bangsa Indonesia maupun

kegiatan internasional sejak adanya

manifesto politik tahun 1925, me-

nimbulkan reaksi keras dari pemerintah

Belanda. Pada tanggal 10 Juni 1927 empat

anggota PI yakni Moh. Hatta, Nazir

Pamuncak, Abdul Majid Joyodiningrat,

dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan

ditahan pemerintah Belanda. Mereka

akhirnya dibebaskan karena tidak

terbukti bersalah. Inilah sikap dari para

pejuang yang memegang teguh prinsip

berani karena benar.

PI merupakan organisasi politik bangsa Indonesia yang berada di luar negeri

yang berhasil mempengaruhi pergerakan kebangsaan Indonesia secara berangsur-

angsur. Lebih-lebih setelah munculnya pernyataan politik tahun 1925.

PI ternyata berperan sebagai penyemangat kepada pergerakan nasional di tanah

air. Lahirnya Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926, Partai

Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) tahun

1927 secara langsung mendapat ilham dari Perhimpunan Indonesia.

b. Partai Komunis Indonesia (PKI)

Pada masa sebelum Perang Dunia I, paham komunis masuk ke Indonesia dibawa

oleh seorang pimpinan buruh Negeri Belanda bernama

H.J.F.M. Sneevliet

. Ia adalah

anggota Partai Buruh Sosial Demokrat atau

Sociaal Democratische Arbeiderspartij

.

Semula ia tinggal di Surabaya sebagai staf redaksi sebuah surat kabar kemudian

dipindahkan ke Semarang dan menjadi sekretaris pada

Semarangse Handelsblad

.

Sumber: Empat Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda Tahun 1927, Idayu hal. 6

G

a

m

b

a

r

6

.

1

8 Empat orang mahasiswa ”Perhimpunan Indonesia”

dengan pembela-pembela hukumnya. Dari kiri kekanan:

MR. J.E.W. Duys - Abdulmadjid

Djojoadiningrat - A

li Sastroamidj

ojo.

Mej. Mr. Eieonora. P.A. Weber - Mr. Tj. Mobach - Mohammad

Hatta dan Nazir Pamuntjak.

IPS SMP/MTs Kelas VIII

127

Pada tanggal 9 Mei 1914, Sneevliet bersama rekan-rekannya, J.A. Brandsteder,

H.W. Dekker dan P. Bergsma, mendirikan organisasi yang dinamakan

Indische Sociaal

Democratische Vereeniging

(ISDV). Haluan organisasi ini adalah Marxisme.

Pada mulanya ISDV tidak berkembang, maka untuk mencari anggota mereka

cara menyusup ke tubuh partai-partai lain. Ketika tidak berhasil, mereka mendekati

Insulinde maka diarahkan ke dalam Sarekat Islam. Taktik ini berhasil sehingga SI

pecah menjadi dua kubu dan muncullah pemimpin ranting dalam ISDV yang

berhaluan marxis seperti Semaun dan Darsono.

Pada tanggal 23 Mei 1920, oleh Baars, Bergsma, dan Semaun beserta kawan-

kawannya, ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia. Kemudian pada bulan

Desember 1920, Partai ini diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Susunan

pengurus baru organisasi ini, antara lain Semaun sebagai ketua, Darsono sebagai

wakil ketua, Bergsma sebagai sekretaris, Dekker sebagai bendahara, Baars, Sugono,

dan lain-lain sebagai anggota pengurus.

Pada tahun 1923, PKI semakin kuat dengan bergabungnya tokoh-tokoh seperti

Alimin Prawirodirdjo (pemimpin SI merah) dan Musso (dari PKI cabang Jakarta).

Setelah merasa kuat, PKI melakukan aksinya dengan mengobarkan pemberontakan

di Jakarta pada tanggal 13 November 1926, disusul dengan tindakan kekerasan di

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta pemberontakan di Sumatra Barat

pada tanggal 1 Januari 1927. Pemberontakan ini dapat ditumpas oleh Pemerintah

Hindia Belanda. Pemberontakan PKI ini merupakan tindakan yang sia-sia karena

massa PKI sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau.

Pemberontakan PKI ini mengakibatkan korban ribuan rakyat dihasut untuk

ikut serta dalam pemberontakan sehingga sekitar 13.000 orang ditangkap, mereka

yang dihukum sejumlah 4.500 orang, dan yang dibuang ke Tanah Merah, Digul

Atas, Irian Jaya sekitar 1.300 orang. Oleh Pemerintah Hindia Belanda, PKI dinyatakan

sebagai partai terlarang. Akibat buruk lainnya yang menimpa perjuangan bangsa

Indonesia akibat pemberontakan PKI adalah berupa penindasan yang luar biasa

terhadap para pemimpin perjuangan. Itulah suatu tindakan PKI yang merugikan

perjuangan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

c. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Pada tahun 1925, Ir. Soekarno mendirikan perkumpul-an Algeemene Studie

Club di Bandung. Atas insiatif perkumpulan ini maka pada tanggal 4 Juli 1927

berdirilah partai politik baru yaitu Partai Nasional Indonesia. Para pendirinya adalah

Ir. Soekarno, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskaq

Tjokrohadisuryo, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, dan Dr. Samsi. Dari 8 orang pendiri

ini, 5 orang merupakan mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda.

Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia Merdeka. Adapun asasnya adalah

Self

help, non kooperatif, dan marhaenisme.

Pada waktu rapat di Bandung tanggal 17 - 18

Desember 1927, PNI dapat menggalang persatuan dengan Partai Sarekat Islam

Indonesia, Budi Utomo, Pasundan,

Sumatranche Bond

, Kaum Betawi, Indonesische

Studieclub

, dan

Algeemene Studieclub

dengan membentuk Pemufakatan

128

IPS SMP/MTs Kelas VIII

G

a

m

b

a

r

6

.

2

1 Rakyat berduyun-duyun di halaman gedung

Pengadilan Bandung mendengarkan proses pengadilan terhadap

Bung Karno dan kawan-kawan

Sumber: Indonesia menggugat, Penerbit Sasongko, 1978, hal. 3

G

a

m

b

a

r

6

.

2

0 Para tokoh PNI di depan gedung Landraad

(Pengadilan) Bandung. Dari kiri ke kanan : Maskoen, Gatot

Mangkoepradja, Soekarno, dan Soepriadinata

Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia

(PPKI). Permufakatan ini bertujuan menyatukan aksi dalam

menghadapi imperialisme Belanda.

Dalam Kongres PNI yang pertama di Surabaya (27 - 30

Mei 1928) disyahkan susunan pengurus seperti berikut:

1)

Ketua

: Ir. Soekarno

2)

Sekretaris/Bendahara

: Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo

3)

Anggota

: Dr. Samsi Sastrowidagdo,

Mr. Sartono, Mr. Sunaryo,

dan Ir. Anwari.

Dalam kongres ini juga disahkan program kegiatan yang

meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial.

Sumber: Album Pahlawan Bangsa

G

a

m

b

a

r

6

.

1

9 Ir. Soekarno

Dengan program yang jelas diperkuat dengan propaganda-propaganda

Ir. Soekarno sebagai seorang ahli pidato, maka PNI dalam waktu singkat banyak

memperoleh dukungan massa mulai dari Jawa Barat sampai seluruh Jawa, Sumatera,

Kalimantan, dan Sulawesi.

Kongres PNI yang kedua tanggal 18 - 20 Mei 1929 di Jakarta, menetapkan untuk

memilih kembali pengurus PB PNI yang lama. Di samping itu juga memutuskan

program kegiatan di bidang ekonomi/sosial dan politik.

Di bidang ekonomi/sosial antara lain menyokong perkembangan Bank Nasional

Indonesia, mendirikan koperasi-koperasi, mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit-

rumah sakit, dan lain-lain. Sedangkan di bidang politik, mengadakan hubungan

dengan Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda dan menunjuk Perhimpunan

Indonesia sebagai wakil PPPKI di luar negeri.

IPS SMP/MTs Kelas VIII

129

Melihat sepak terjang PNI yang gigih dan semakin memperoleh simpati rakyat

Indonesia, pemerintah kolonial Belanda menjadi semakin cemas. Pada akhir tahun

1929 tersebar desas-desus PNI akan melakukan pemberontakan pada awal tahun

1930. Maka berdasarkan desas-desus ini pada tanggal 24 Desember 1929, pemerintah

Hindia Belanda mengadakan penggeledahan dan menangkap empat tokoh PNI, yaitu

Ir. Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Maskoen, dan Soepriadinata. Mereka diajukan

di depan pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu Ir. Soekarno melakukan

pembelaan dengan judul ”

Indonesia Menggugat

” akan tetapi hakim kolonial tetap

menjatuhi hukum penjara kepada keempat tokoh ini. Bagaimana pendapatmu atas

nasib yang dialami para tokoh PNI tersebut?

Penangkapan terhadap para tokoh PNI merupakan pukulan berat dan

menggoyahkan partai. Pada kongres luar biasa tanggal 25 April 1931 diputuskan

untuk membubarkan PNI. Hal ini menyebabkan pro dan kontra. Mereka yang setuju

PNI dibubarkan mendirikan Partai Indonesia (Partindo) dipimpin Mr. Sartono.

Sedangkan yang tidak setuju PNI dibubarkan masuk ke dalam Pendidikan Nasional

Indonesia (PNI-Baru) dipimpin Moh. Hatta dan Syahrir.

3. Masa Moderat

Partai-partai yang berjuang pada masa radikal bersikap non kooperasi (tidak

mau bekerja sama) dengan pemerintah kolonial Belanda seperti Perhimpunan

Indonesia, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia.

Sejak tahun 1930, perjuangan partai-partai mulai mengubah taktiknya, partai-

partai sudah bersifat moderat (agak lunak) dan menggunakan taktik kooperasi artinya

mau bekerja sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda.

Hal-hal apa saja yang menyebabkan perubahan taktik perjuangan tersebut?

Penyebabnya adalah karena dunia pada waktu itu dilanda krisis ekonomi (malaise).

Hal ini mempengaruhi keadaan ekonomi di Hindia Belanda sehingga berpengaruh

terhadap pergerakan nasional. Di samping itu juga karena Pemerintah Hindia Belanda

semakin bersikap keras terhadap partai-partai politik. Apalagi setelah PKI melakukan

pemberontakan pada tahun 1926.

Ada dua partai yang bersifat moderat dengan taktik kooperasi yaitu Partai

Indonesia Raya dan Gerakan Rakyat Indonesia. Bagaimana perkembangan kedua

partai tersebut? Marilah kita ikuti uraian berikut.

a. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai Indonesia Raya merupakan fusi (gabungan) dari Budi Utomo dan

Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Penggabungan dua organisasi ini dilaksanakan

pada kongresnya di Surakarta tanggal 25 Desember 1935.

Tujuan Partai Indonesia Raya adalah untuk mencapai Indonesia mulia dan

sempurna, dengan dasar nasionalisme Indonesia. Taktik perjuangannya adalah

130

IPS SMP/MTs Kelas VIII

kooperasi. Oleh karena itu, Parindra mempunyai wakilnya di

Volksraad untuk membela kepentingan rakyat. Selain

perjuangan melalui volksraad Parindra juga melakukan

beberapa usaha, antara lain sebagai berikut.

1)

Di bidang pertanian dengan mendirikan Perhimpunan

Rukun Tani untuk membantu kehidupan petani dan

mendirikan Bank Nasional Indonesia.

2)

Di bidang pelayaran dengan membentuk Rukun

Pelayaran Indonesia.

Kepengurusan Parindra pada awal terbentuknya organisasi

ini adalah Dr. Sutomo sebagai ketua dan Wuryaningrat sebagai wakil ketua.

Sedangkan Kepala Departemen Politik dalam Pengurus besar Parindra adalah

Muhammad Husni Thamrin.

b. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Gerakan Rakyat Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal

24 Mei 1937. Tokoh-tokoh partai ini adalah para pemimpin

Partindo yang dibubarkan pada tanggal 18 November 1936.

Mereka ada Mr. Sartono, Mr. Amir Syarifudin, Dr. A.K. Gani,

dan Mr. Moh. Yamin. Tujuannya adalah untuk mencapai

kemerdekaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam waktu singkat, partai ini berkembang dengan cepat

dan memperoleh posisi yang kuat sebagai partai yang berhaluan

nasional anti-fasis. Dengan menggunakan taktik kooperasi,

Gerindo melakukan aksi perjuangannya. Perkembangan

Gerindo selalu diawasi pemerintah kolonial Belanda, dan pada

saat Jepang masuk ke Indonesia partai ini dibubarkan.

4. Masa Bertahan

a. Fraksi Nasional

Perjuangan bangsa Indonesia juga dilakukan wakil-wakil partai yang duduk

dalam Volksraad. Dengan dipelopori oleh Moh. Husni Thamrin maka pada tanggal

27 Januari terbentuklah Fraksi Nasional di Jakarta.

Terbentuknya Fraksi Nasional ini didorong oleh beberapa hal, di antaranya

tindakan keras pemerintah kolonial Belanda terhadap gerakan politik dengan

memperlakukan yang sama antara gerakan yang bersifat non maupun kooperasi.

Terhadap para pemimpin perkumpulan yang moderat, pemerintah kolonial juga

melakukan penggeledahan.

Tujuan yang ingin dicapai oleh Fraksi Nasional adalah menjamin adanya

kemerdekaan nasional dalam waktu singkat dengan mengusahakan perubahan

ketatanegaraan, menghapuskan jurang perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual.

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT.

Mutiara Sumber Widya, hal. 7

G

a

m

b

a

r

6

.

2

2 Moh. Husni

Thamrin

Sumber: Ensiklopedi Indonesia 2, Van

Hoeve, hal 1079

G

a

m

b

a

r

6

.

2

3 A.K. Ghani

IPS SMP/MTs Kelas VIII

131

Kegiatan yang dilakukan Fraksi Nasional antara lain pembelaan terhadap para

pemimpin PNI yang ditangkap tahun 1930. Di samping itu, juga menentang

pemborosan anggaran pertahanan pemerintah kolonial karena akan mematikan

pergerakan nasional. Dilihat dari perjuangannya, Fraksi Nasional ini bersifat radikal.

Perjuangan melalui volksraad ini tidak memuaskan dan suara Fraksi Nasional terpecah

dalam menanggapi Petisi Sutarjo.

b. Gabungan Politik Indon esia (GAPI)

Pada tahun 1939 timbul kembali gagasan untuk membina kerja sama antarpartai

politik dalam bentuk federasi (gabungan). Pada tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta

dibentuklah suatu organisasi kerja sama antarpartai politik dan organisasi yang diberi

nama

Gabungan Politik Indonesia

(GAPI). Beberapa peristiwa yang mendorong dan

mempercepat terbentuknya GAPI adalah:

1)

Kegagalan petisi Sutarjo.

2)

Kegentingan internasional akibat timbulnya fasisme.

3)

Sikap pemerintah yang kurang memperhatikan kepentingan-kepentingan

bangsa Indonesia.

Partisipasi dan organisasi-organisasi yang tergabung dalam GAPI adalah PSII,

Gerindo, PII, Pasundan, Persatuan Minahasa, dan Partai Katholik.

Adapun yang duduk dalam sekretariat GAPI yang pertama kali yaitu Abikusno

Tjokrosuyoso dari PSII (Penulis Umum), Muhammad Husni Thamrin dari Parindra

(Bendahara), dan Mr. Amir Syarifuddin dari Gerindo (Pembantu Penulis).

Di dalam konferensi pertama GAPI

tanggal 4 Juli 1939 telah dibicarakan aksi

GAPI dengan semboyan ”Indonesia

Berparlemen”. Untuk menyokong aksinya,

GAPI membentuk Kongres Rakyat

Indonesia. Kongres Rakyat Indonesia

pertama tanggal 25 Desember 1939 di

Jakarta telah menetapkan beberapa

keputusan yakni penggunaan bendera

merah putih dan lagu Indonesia Raya sebagai

bendera dan lagu persatuan Indonesia, serta

peningkatan penggunaan bahasa Indonesia

bagi rakyat Indonesia.

Menghadapi tuntutan Indonesia berparlemen yang disuarakan GAPI, pemerintah

Belanda membentuk suatu komisi yang terkenal dengan

Komisi Visman

, karena

diketuai Dr. EH. Visman. Komisi ini bertugas untuk menyelidiki dan mempelajari

perubahan ketatanegaraan yang diinginkan bangsa Indonesia. Karena tidak bekerja

sungguh-sungguh maka tidak membuahkan hasil. Akhirnya situasi politik di Indonesia

semakin gawat dengan adanya bayangan Perang Dunia II (Perang Pasifik). Pemerintah

Hindia Belanda akan membicarakan tuntutan bangsa Indonesia setelah perang pasifik

selesai. Akan tetapi selama perang pasifik, Indonesia diduduki oleh tentara Jepang.

Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, BP, 1993, hal. 350

G

a

m

b

a

r

6

.

2

4 Salah satu aktivitas GAPI untuk menuntut

Indonesia berparlemen.

132

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT .

Mutiara Sumber Widya, hal. 21

G

a

m

b

a

r

6

.

2

5 Kyai Haji Ahmad

Dahlan

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT .

Mutiara Sumber Widya, hal. 57

G

a

m

b

a

r

6

.

2

6 K. H. Hasyim

Asy’ari

Setelah kamu mempelajari dengan saksama perkembangan organisasi-organisasi

dalam pergerakan nasional di atas, perlu diketahui juga munculnya organisasi-

organisasi keagamaan, gerakan pemuda, dan organisasi-organisasi kewanitaan yang

ikut andil dalam pergerakan nasional. Bagaimana perkembangan dan peran

organisasi-organisasi tersebut?

a. Organisasi Keagamaan

Perjuangan bangsa Indonesia tidaklah berakhir akibat larangan terhadap

organisasi politik oleh pemerintah kolonial Belanda. Para tokoh pergerakan menyadari

bahwa perjuangan tidaklah harus melalui organisasi politik atau tindakan menentang

pemerintah kolonial, akan tetapi suatu tindakan yang bersifat luas yakni dalam hal

kemanusiaan. Oleh karena itu, muncullah organisasi-organisasi keagamaan yang ikut

mengisi dalam lembaran pergerakan nasional antara lain Muhammadiyah dan

Nahdatul Ulama.

1) Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah

1330 H) di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan

yang ingin dicapai adalah memajukan pengajaran

berdasarkan agama, memajukan pengertian ilmu agama

dan hidup menurut peraturan agama.

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam

modern yang bergerak di berbagai bidang kehidupan.

Cara-cara untuk mencapai tujuan itu adalah mendirikan,

memelihara, menyokong sekolah-sekolah berdasarkan

agama Islam, mendirikan dan memelihara masjid dan

langgar, dan sebagainya. Jadi Muhammadiyah

merupakan perkumpulan yang bergerak di bidang

sosial, pendidikan dan keagamaan. Pemerintah kolonial

Belanda tidak melarang perkumpulan ini karena tidak

bersifat menentang.

2) Nahdatul Ulama (NU)

Nahdatul Ulama didirikan pada tanggal 31 Januari

1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya atas prakarsa K.H.

Hasyim Asy’ari dari Pesantren Tebu Ireng dan K.H.

Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan yang ingin dicapai oleh

NU adalah memperjuangkan berlakunya ajaran Islam

yang berhaluan ajaran Islam yang berhaluan ahlusunah

wal jamaah dengan menganut mazhab (4 aliran yaitu :

Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hambali). Untuk mencapai

tujuannya NU bergerak di berbagai bidang kehidupan

umat yakni bidang agama, pendidikan, sosial, dan

ekonomi.

IPS SMP/MTs Kelas VIII

133

b. Gerakan Pemuda

Setelah kepengurusan Budi Utomo banyak dipegang oleh golongan tua maka

para pemuda mempunyai gagasan untuk membentuk suatu perkumpulan khusus

bagi para pemuda. Diawali dengan berdirinya Tri Koro Dharmo ini adalah murid-

murid sekolah menengah yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur saja

sehingga Tri Koro Dharmo yang kemudian menjadi Jong Java maka bermunculan

organisasi-organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan seperti Pasundan, Jong

Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Sumatranen Bond,

Timorsch Verbound, dan lain-lain.

1) Tri Koro Dharmo

Pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta didirikan organisasi pemuda bernama

Tri Koro Dharmo oleh Dr. R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman dan Sunardi.

Tujuan organisasi ini adalah mencapai Jawa-Raya jalan memperkokoh rasa

persatuan antar pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Yang menjadi

anggota Tri Koro Dharmo ini adalah murid-murid sekolah menengah yang berasal

dari Jawa Tengah dan Jawa Timur saja sehingga Tri Koro Dharmo bersifat Jawa

sentris. Oleh karena itu, pemuda-pemuda Sunda, Madura, dan Bali enggan

memasuki organisasi ini. Untuk menghindari perpecahan maka Tri Koro Dharmo

diubah menjadi Jong Java pada waktu Kongres di Solo tanggal 12 Juni 1918.

2) Jong Java

Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya supaya ia kelak dapat

menyumbangkan tenaganya untuk pembangunan Jawa Raya dengan jalan

memperat persatuan, menambah pengetahuan anggota serta berusaha

menimbulkan rasa cinta akan budaya sendiri. Sebagai ketua terpilih dalam

organisasi ini adalah Sukiman Wiryosanjoyo.

Ketika Samsuridjal menjadi ketua, organisasi Jong Java mengarah ke masalah

politik dan tidak netral terhadap agama. Pada kongres ke-7 di Solo (27-31 Desember

1926) di bawah pengaruh ketuanya, Sunardi Djaksodipuro (Wongsonegoro)

menekankan bahwa tujuan Jong Java tidak hanya terbatas membangun Jawa Raya

tetapi harus bercita-cita menggalang persatuan dan membangun Indonesia

Merdeka. Dengan demikian Jong Java mulai memasuki gelanggang politik.

3) Jong Sumatranen Bond

Jong Sumatranen Bond didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 oleh 150

orang pemuda Sumatra yang sedang belajar di Jakarta. Tujuan organisasi ini adalah:

a)

Mempererat ikatan antarpemuda pelajar Sumatera.

b)

Membangkitkan perhatian para anggota dan yang lain untuk menghargai

adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian, dan sejarah Sumatera.

Tokoh-tokoh yang terkenal dalam organisasi ini adalah Mohammad Hatta dan

Muhammad Yamin.

134

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Kemandirian Belajar

Sumber: Pemuda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa

G

a

m

b

a

r

6

.

2

7 Beberapa pengurus organisasi pemuda kedaerahan

Timorsch Verbound (Perhimpunan Timor)

4) Jong Ambon

Sejak tahun 1908 orang-orang

Ambon mulai membentuk orga-

nisasi. Akan tetapi organisasi

pemuda Jong Ambon baru

dibentuk tahun 1918. Di beberapa

kota banyak berdiri organisasi-

organisasi orang-orang Ambon.

Oleh karena itu pada tanggal 9 Mei

1920 seorang tokoh muda dari

Maluku A.J. Patty mendirikan

Sarikat Ambon yang bergerak di

bidang politik. Ia ditangkap

pemerintah kolonial dan diasingkan

ke Flores. Tokoh lain dari Ambon

yang terkenal adalah Mr.

Laturharhary.

Dengan berdirinya organisasi-organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan

di atas maka di daerah-daerah lain juga terpengaruh. Antara tahun 1918 - 1919

berdiri Jong Minahasa dan Jong Celebes. Salah satu tokoh terkenal dari Minahasa

adalah Ratu Langie. Pada tahun 1920, para pemuda dari suku Sunda di Jakarta

mendirikan Sekar Rukun. Sedangkan M.H. Thamrin mendirikan organisasi

Pemuda Betawi untuk menghimpun asli Jakarta. Pada bulan September 1921

berdirilah organisasi Pemuda Timorsch Verbound (Perhimpunan Timor) oleh

J. W. Ammallo. Organisasi ini bertujuan membantu anggotanya dan memajukan

kebudayaan, ekonomi, dan sosial. Pada tahun 1926 para pemuda Batak

mendirikan Jong Bataks Bond.

Di samping berdirinya organisasi-organisasi kepemudaan yang bersifat

kedaerahan, juga berdiri organisasi-organisasi kepemudaan yang bersifat

keagamaan misalnya

Jong Islamieten Bond

dan

Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda

Kristen (PPPK).

Diskusikan dengan kelompokmu tentang perbedaan antara kooperasi dan non kooperasi

sebagai sikap yang diambil oleh organisasi pergerakan nasional Indonesia. Presentasikan

hasil diskusi kelompok tersebut di depan kel as agar kelompok lai n bisa memberi tanggapan.

Bersama guru, buatlah kesimpulan atas hasil diskusi tersebut.

IPS SMP/MTs Kelas VIII

135

1. Peran Manifesto Politik 1925 dalam Proses

Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia

Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdirilah organisasi

Indische Vereenlging

.

Organisasi ini didirikan para mahasiswa yang belajar di negeri Belanda. Mereka itu

adalah Sutan Kasayangan Sorlpada, R.N. Noto Suroto, R.P. Sosrokartono,

R. Husein Djayadiningrat, Notodiningrat, Sumitro Kolopaking, dan dr. Apituley.

Tujuan organisasi ini adalah memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari

orang-orang yang berasal dari Indonesia, maksudnya orang-orang pribumi dan non

pribumi bukan Eropa di negeri Belanda.

Pada mulanya organisasi ini bersifat sosial budaya, namun sejak berakhirnya

Perang Dunia I perasaan anti kolonialisme dan imperialisme tokoh-tokoh

Indische

Vereeniging

semakin menonjol. Mereka mengubah suasana dan semangat kegiatan

organisasi ke dalam bidang politik. Hal ini dipengaruhi oleh kedatangan tiga tokoh

Indische Partij

yang dibuang Belanda yakni Dr. Cipto Mangunkusumo, R.M. Suwardi

Suryaningrat, dan E.F.E. Douwes Dekker, yang berjiwa Nasionalis.

Paham nasionalisme semula berkembang di Eropa. Nasionalisme pada

hakikatnya merupakan kesetiaan manusia sebagai warga negara pada kepentingan

bangsanya. Nasionalisme dapat diartikan sebagai perasaan cinta terhadap bangsa

dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh perasaan tradisi (sejarah, agama, bahasa,

kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal) dan keingingan untuk mempertahankan

serta mengembangkan tradisi sebagai milik bersama. Manifesto politik Perhimpunan

Indonesia yang lahir di negeri Belanda juga tidak terlepas dari jiwa nasionalisme

mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa.

Manifesto politik

adalah suatu pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan

seseorang atau suatu kelompok terhadap masalah negara. Pada masa pergerakan

nasional, Perhimpunan Indonesia mengeluarkan pernyataan politik yang berkaitan

dengan nasib dan masa depan bangsanya. Pernyataan politik ini amat penting artinya

bagi terwujudnya Indonesia merdeka yang didengar dan didukung oleh dunia

Internasional. Konsep-konsep manifesto politik Perhimpunan Indonesia sebenarnya

telah dimunculkan dalam

Majalah Hindia Poetr

a, edisi Maret 1923. Akan tetapi,

Perhimpunan Indonesia baru menyampaikan manifesto politiknya secara tegas pada

awal tahun 1925 yang kemudian dikenal sebagai Manifesto Politik 1925.

Indische Verreniging

sejak berdirinya tahun 1908 belum pernah terjadi perubahan

yang mendasar. Dengan mengikuti lajunya perkembangan jaman, terutama dalam

bidang pergerakan nasional maka organisasi yang dibentuk di negeri Belanda juga

mengalami perkembangan.

D

Peran Manifesto Politik 1925, Kongres 1928

dan Perempuan Pertama dalam Proses Pem-

bentukan Identitas Kebangsaan Indonesia

136

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Perkembangan baru dalam tubuh organisasi itu juga

membawa perubahan nama yakni pada tahun 1922

Indische

Vereeniging

diubah menjadi

Indonesische

Vereeniging

.

Pada bulan Maret 1923 Majalah

Hindia Poetra

menyebutkan bahwa asas dari organisasi

Indonesische

Vereeniging

itu adalah sebagai berikut:

Mengusahakan suatu

pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab hanya

kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian

itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri bukan

dengan pertolongan siapa pun juga; bahwa segala jenis perpecahan

tenaga haruslah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas tercapai.

Sejak tahun 1923

Indonesische Vereeniging

aktif berjuang

bahkan mempelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat

Indonesia. Pada tahun itu juga diterbitkan suatu buku peringatan

Indonesische

Vereeniging

yang menggemparkan kaum kolonial Belanda.

Pada tahun 1924 nama majalah

Hindia Poetra

diubah menjadi Indonesia

Merdeka. Kemudian tahun 1925 dipakailah nama baru organisasi Indonesische

Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Kegiatan organisasi PI ini semakin

tegas dalam bidang politik.

Dengan bertambahnya mahasiswa yang belajar di negeri Belanda, maka

bertambah pulalah kekuatan organisasi PI. Pada permulaan tahun 1925 dibuatlah

suatu Anggaran Dasar baru yang merupakan penegasan lebih jelas dari perjuangan

PI. Pada saat itu PI di bawah pimpinan Dr. Sukiman Wiryosanjoyo. Anggaran Dasar

baru itu merupakan manifesto politik, di dalamnya dimuat prinsip-prinsip yang

harus dilaksanakan oleh gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan.

Cita-tita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan

memerhatikan masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai

tujuan politik yang dikembangkan sejak tahun 1925 dirumuskan sebagai berikut.

1 .

Kesatuan Nasional: mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit seperti yang

berkaitan dengan kedaerahan, serta perlu dibentuk suatu kesatuan aksi untuk

melawan Belanda untuk mentiptakan negara kebangsaan Indonesia yang

merdeka dan bersatu.

2.

Solidaritas: terdapat perbedaan kepentingan yang sangat mendasar antara

penjajah dengan yang dijajah (Belanda dengan Indonesia). Oleh karena itu

haruslah mempertajam konflik antara orang kulit putih dan sawo matang tanpa

melihat perbedaan antara orang Indonesia.

3

Non-kooperasi: harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, o1eh

karena itu hendaknya dilakukan perjuangan sendiri tanpa mengindahkan

lembaga yang telah ada yang dibikin oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan

Kolonial (Volksraad).

G

a

m

b

a

r

6

.

2

8 Douwes

Dekker

IPS SMP/MTs Kelas VIII

137

4.

Swadaya: perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan diri

sendiri. Dengan demikian perlu dikembangkan struktur alternatif dalam

kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, hukum yang kuat berakar dalam

masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi kolonial. Dalam rangka

merealisasikan keempat pikiran pokok berupa ideologi.

Dalam deklarasi tersebut ditekankim pula pokok-pokok, seperti ide

unity

(kesatuan),

equality

(kestaraan), dan

liberty

(kemerdekaan). Perhimpunan Indonesia

berusaha menggabungkan semua unsur tersebut sebagai satu kebulatan yang belum

pernah dikembangkan oleh organisasi-organisasi sebelumnya. Perhimpunan

Indonesia percaya bahwa semua orang Indonesia dapat menerima dan menciptakan

gerakan yang kuat dan terpadu untuk memaksakan kemerdekaan kepada pihak

Belanda.

Pernyataan di atas merupakan cita-cita Perhimpunan Indonesia yang

mengandung 4 pokok ideologi yang dikembangkan sejak tahun 1925. Empat pokok

ideologi tersebut meliputi kesatuan nasional, solidaritas, nonkooperasi, dan swadaya.

Dan di sinilah dapat kita Iihat bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah

organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia.

2. Peran Kongres Pemuda 1928 dalam Proses

Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia

Sejak berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) maka muncullah organisasi-

organisasl pergerakan kebangsaan di berbagal daerah. Di antaranya organisasi

pemuda Tri Koro Dharmo (7 Maret1915) yang dldlrikan di Jakarta oleh Dr. R. Satiman

Wiryosanjoyo, Kadarman dan Sunardi. Tujuan organisasi ini adalah mencapai Jawa-

Raya dengan jalan lain memperkokoh persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, dan

Madura. Untuk rnenghindari perpecahan maka pada waktu kongres di Solo

ditetapkan bahwa mulai tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java.

Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya supaya kelak ia dapat

menyumbangkan tenaganya untuk pembangunan Jawa-Raya dengan jalan

mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota, serta berusaha

menumbuhkan rasa cinta akan budaya sendiri. Dalam perkembangannya, ternyata

Jong Java juga ikut berpolitik.

Seiring dengan berdirinya Jong Java, berdiri pula perkumpulan-perkumpulan

pemuda bersifat kedaerahan, seperti Pemuda Pasundan, Jong Sumateranen Bond,

Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Celebes (Sulawesi). Semua

organisasi kepemudaan ini bercita-cita ke arah kemajuan Indonesia terutama

memajukan budaya dan daerahnya maslng-masing.

Dengan munculnya perkumpulan-perkumpulan ini ternyata terdapat benih-

benih yang dapat disatukan ke arah persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu

pemuda-pemuaa Indonesia merasa, perlu membentuk suatu wadah untuk

menyamakan langkah dalam mencapai tujuan. Wadah kegiatan itulah yang dikenal

dengan Kongres Pemuda yang disebut juga dengan nama Sumpah Pemuda.

138

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Sumpah Pemuda yang kemudian dikenal sebagai sebuah tonggak dalam sejarah

Indonesia tidak dapat dilepaskan dari organisasi kepemudaan seperti Perhimpunan

Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia ini yang

mendapat dukungan dari organisasi kepemudaan yang lain sepertiJong Java, Jong

Sumatera dan sebagainya dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu

persatuan Indonesia. Organisasi yang bernama Jong Indonesia yang didirikan pada

Februari 1927 ini kemudian mengganti nama menjadi Pemuda Indonesia. Para

anggotanya terdiri dari murid-murid yang berasal dari AMS, RHS, dan Stovia.

Dalam perjalanannya para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan

peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami

selama masa penjajahan. Pertemuan awalnya dimulai 15 Nopember 1925 dengan

membentuk panitia Kongres Pemuda Pertama yang bertugas menyusun tujuan

kongres.

a. Kongres Pemuda (30 April – 2 Mei 1926)

1)

Tempat kongres di Jakarta

2)

Tujuan kongres: menanamkan semangat kerjasama antara perkumpulan

pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi persatuan Indonesia.

3)

Susunan panitia Kongres Pemuda I

-

Ketua

:

M. Tabrani

-

Wakil Ketua

:

Sumarto

-

Sekretaris

:

Jamaludin

-

Bendahara

:

Suwarso

-

Anggota

:

1. Bahder Johan

2. Yan Taole Soelehul

3. Paul Pinontuan

4. Hammami

5. Sarbini

6. Sanusi Pane

3)

Hasil kongres:

a)

Mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia II

b)

Mengusulkan sernua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam satu

organlsasl pemuda Indonesia

Seusai kongres, para pemuda semakin menyadari bahwa perjuangan

kemerdekaan Indonesia hanya akan dicapai melalui persatuan. Pada tahun 1928

alam pikiran pemuda Indonesia sudah mulai dlpenuhi jiwa persatuan, Rasa

bangga dan rasa memiliki cita-cita tinggi, yaitu Indonesia merdeka telah

mencengkeram jiwa rakyat Indonesia.

IPS SMP/MTs Kelas VIII

139

b. Kongres Pemuda II

Kongres ini berlangsung di Gedung

Indonesische Club

, di Jalan Kramat Raya 106

Jakarta, pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928.

Kongres ini terlaksana atas inisiatif dari PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar

Indonesia) dan Pemuda Indonesia. Ketua kongres ini adalah Sugondo Joyopuspito.

Keputusan-keputusan Kongres Pemuda II sebagai berikut.

1)

Mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda.

2)

Menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.

3)

Menetapkan sang Merah Putih sebagai bendera Indonesia.

4)

Melebur semua organisasi pemuda menjadi satu dengan nama Indonesia Muda.

Kongres Pemuda II berjalan lancar dan menghasilkan keputusan-keputusan

yang sangat penting untuk modal perjuangan selanjutnya.

Sumpah Pemuda amat berpengaruh bagi upaya mencapai lndonesia merdeka.

Partai-partai yang ada segera menyesualkan diri dengan cita-cita pemuda. Semangat

persatuan dan kesatuan bangsa yang telah menjiwai partai-partai di Indonesia itu

diwujudkan dalam wadah baru bernama Gabungan Poitik Indonesia (GAPI).

Demikian pula beberapa perkumpulan wanita yang kemudian bergabung dalam

Perikatan Perhimpunan Isteri Indonesia, juga semua, organisasi kepanduan yang

membentuk persatuan dengan nama Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan

Indonesia (BPPKI).

Sumber: Sejarah Nasional Indonesia IV. Balai Pustaka, 1993. Hal 246

G

a

m

b

a

r

6

.

2

9 Peserta Kongres Pemuda Indonesia bulan Oktober 1928 di Jakarta

Ada bebarapa makna yang terkandung di dalam Sumpah Pemuda yaitu sebagai

berikut.

1.

Di kalangan tokoh-tokoh pergerakan telah ada, perubahan pola pikir dari Iingkup

etnis kedaerahan ke cakrawala nasional .

140

IPS SMP/MTs Kelas VIII

2.

Perubahan pola pikir itu melahirkan kesadaran nasional bahwa seluruh

penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara menjadi satu bangsa besar

dengan nama Indonesia.

3.

Untuk keperluan persatuan dalam pergerakan disepakati menggunakan bahasa

Melayu sebagai media perjuangan

Dengan Kongres Pemuda itu identitas kebangsaan Indonesia semakin terbentuk.

identitas itu kini berwujud: tanah air, bangsa, bahasa dan persatuan dengan nama

Indonesia.

Dengan Kongres Pemuda II rasa persatuan dan kesatuan di kalangan pemuda

dan bangsa Indonesia meng-alami peningkatan. Hal ini merupakan suatu keberanian

dan keuletan yang luar biasa dari pemuda kita. Walaupun di bawah tekanan senjata

polisi Kolonial Belanda, mereka tetap melaksanakan kewajiban dan pengabdian guna

memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah airnya.

Kongres Pemuda II ini sangat penting bagi terbentuknya identitas sebagai bangsa

Indonesia. Karena pentingnya peristiwa Kongres Pemuda II bagi bangsa Indonesia,

maka tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai

Hari Sumpah Pemuda.

3. Peran Kongres Perempuan Pert ama dalam Proses

Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia

Pergerakan kaum wanita di Indonesia dirintis oleh

R.A.

Kartini

(1879 - 1904). Perjuangan R.A.Kartini memunculkan

semangat nasionalisme bagi kaum wanita. Sebagai penerus R.A.

Kartini adalah

Dewi Sartika

(1884 - 1974) dari Jawa Barat.

Berkat cita-cita R.A. Kartini, muncullah gerakan-gerakan

penididikan wanita di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

a. Putri Mardika, berdiri di Jakarta pada

tahun 1912

Perkumpulan Putri Mardika ini bertujuan mencari dana bagi gadis-gadis yang

ingin melanjutkan pelajaran dan memberi nasihat bagi kaum putri.

b. Kartinifonds (Dana Kartini)

Perkumpulan ini didirikan oleh pasangan suami istri C. Th. Van Deventer. Salah

satu usahanya adalah mendirikan sekolah ”Kartini”. Sekolah ”Kartini” didirikan

pertama kali di Semarang pada tahun 1913.

c. Keutamaan Istri (1913) di T asikmalaya

Perkumpulan ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika.

G

a

m

b

a

r

6

.

3

0 Kartini

IPS SMP/MTs Kelas VIII

141

d. Kerajinan Amai Setia di Sumatera Barat.

Organisasi ini berdiri di Kota Gadang pada tahun 1914,

didirikan oleh

Rohana Kudus.

Tujuan perkumpulan ini untuk

meningkatkan derajat kaum wanita melalui pendidikan,

membaca, menulis, berhitung maupun membuat kerajinan

tangan.

e. Kautaman Istri Minangkabau di Padang

Panjang.

Organisasi ini bertujuan menyebarluaskan pengetahuan

umum, pendirikan sekolah industri, dan kerajinan wanita.

f. Aisiyah

Organisasi ini didirikan pada tanggal 22 April 1917 oleh Siti Wardah (Ny. Ahmad

Dahlan). Aisiyah adalah organisasi wanita di bawah naungan Muhammadiyah. Tujuan

organisasi ini untuk meningkatkan pendidikan keagamaan dan menanamkan rasa

kebangsaan bagi kaum wanita.

g. Organisasi-Organisasi Kewanitaan Lain

Selain perkumpulan-perkumpulan wanita di atas, masih banyak lagi organisasi-

organisasi kewanitaan, misalnya Budi Wanito di Solo (1919), Wanito Mulyo di Yogya,

dan Wanita Utomo di Yogya (1921), Wanito Katholik di Yogya (1921). Wanito Taman

Siswa (1922), Wanudyo Utomo, dan Putri Indonesia (1927).

Sumber: Ensiklopedi Islam Suplemen 2,

Ichtiar Baru, 2003. hal, 132.

G

a

m

b

a

r

6

.

2

9 Rohana Kudus,

seorang pejuang wanita dari

Sumatera Barat

Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, Balai Pustaka, 1993. hal 340

G

a

m

b

a

r

6

.

3

1 Kongres Perempuan tahun 1928 di Yogyakarta

142

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Kemandirian Belajar

N

o

.

Waktu

Tempat

Pimpinan

Hasil/Keputusan

Contoh sifat keberaniannya

Pengaruh dalam perjuangan

K

o

n

g

r

e

s

P

e

m

u

d

a

I

I

1

9

2

8

K

o

n

g

r

e

s

P

e

r

e

m

p

u

a

n

I

1

9

2

8

1.

2.

3.

4.

5.

6.

....................................

....................................

....................................

....................................

....................................

....................................

.........................................

.........................................

.........................................

.........................................

.........................................

.........................................

Dalam perkembangannya sejak tahun 1920 organisasi-organisasi ke-wanitaan

tersebut mulai terlibat dalam gerakan politik. Pada tanggal 22 De-sember 1928

diadakan Kongres Perempuan I. Kongres ini diselenggarakan di Yogyakarta, dipimpin

oleh R.A. Sukanto.

Tujuan Kongres Perempuan I adalah sebagai berikut.

1)

Mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan kaum wanita.

2)

Menyatukan organisasi-organisasi wanita yang beraneka ragam.

Kongres Perempuan I membicarakan masalah persatuan di kalangan wanita,

masalah wanita dalam keluarga, masalah poligami dan perceraian serta sikap yang

harus diambil terhadap kolonialisme Belanda. Keputusan terpenting dalam kongres

tersebut adalah mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang disebut

Perserikatan

Perempuan Indonesia (PPI).

Pada tahun 1929 Perserikatan Perempuan Indonesia berganti nama menjadi

Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII).

Kongres Perempuan I besar

pengaruhnya dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam membentuk identitas

kebangsaan sebagai berikut.

1)

Kongres Perempuan I merupakan kebangkitan kesadaran nasional di kalangan

wanita. Di samping berperan penting dalam keluarga atau masyarakat, wanita juga

berperan penting dalam perjuangan mencapai kemerdekaan bangsa dan negara.

2)

Kongres Perempuan I membuka kesadaran kaum wanita untuk ikut berjuang

dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain.

Dengan pentingnya peristiwa Kongres Perempuan I tersebut maka tanggal

22 Desember ditetapkan sebagai

Hari Ibu.

Peran generasi muda maupun perempuan di masa perjuangan sampai di zaman kemerdekaan

ini sangat penting. Mereka menjadi penggerak perubahan dan pembaharuan. Hal itu sudah

diawali dengan adanya kegiatan Kongres Pemud a 1928 maupun Kongres Perempuan I 1928.

1. Dengan membaca buku su mber, isilah tabel beriku t ini berkaitan dengan Kongres Pemuda

dan Kongres Perempuan I 1928!

IPS SMP/MTs Kelas VIII

143

2. Setelah kamu mengisi tabel di atas, diskusikanlah secara kelompok tentang:

a. Peran pemuda dan perempuan pada masa pergerakan nasional.

b. Peran seorang pelajar terhadap pembangunan bangsa di jaman sekarang.

3. Presentasikan hasil diskusi kelompokmu di depan kelas untuk ditanggapi kelompok lain!

Rangkuman Materi

1. Di antara s ekolah-sekolah yang d idirikan oleh pemerin tah Kolonial Bel anda di Indonesia.

STOVIA-lah yang merupakan sekolah dokter jawa banyak melahirkan tokoh-tokoh yang

peka terhadap keadaan rakyat pada saat itu. Kelompok intelektual inilah yang merupakan

salah satu pelopor pergerakan nasional Indonesia.

2. Intelektualitas mereka menjadi modal berharga yang membuka cakrawala berfikir sehingga

pada gilirannya pada diri mereka timbul gagasan segar untuk mengembangkan taktik

perjuangan darigerakan yang bersifat fisik berubah ke dalam bentuk organisasi modern,

sehingga mulai saat itu lahirlah organisasi-organisasi pergerakan nasional, yang pada

dasarnya semua bertujuan mengangkat derajat bangsa Indonesia, yang pada akhirnya

bermuara untuk mencapai Indonesia merdeka.

3. Proses terbentuknya kesadaran nasional juga diilhami oleh kebesaran dan kejayaan dari

Kerajaan Sriwijaya maupun Majapahit di masa lampau, yang mengingatkan kembali kepada

kita bahwa Indonesia sebagai suatu bangsa telah mampu mengatur diri sendiri serta memiliki

kedaulatan atas wilayah di mana kita hidup dan bertempat tinggal.

4. Pergerakan nasional Indonesia meliputi berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam

bentuk organisasi modern menuj u ke arah yang lebih baik terutama dalamkehidupan

masyarakat Indonesia. Kelahiran Budi Utomo, Manifesto Politik Perhimpunan Indonesia

tahun 1925, Kongres Pemuda II tahun 1928 dan kemudian diikuti kelahiran organisasi-

organisasi lain, yang semua itu merupakan keterkaitan yang tidak pernah berhenti. Dalam

perkembangannya gerakan yang terjad i tidak hanya b ersifat radikal te tapi juga bersifa t

moderat. Namun semua itu hanyalah taktik perjuangan yang memiliki suatu tujuan yang

sama yakni Indonesia Merdeka.

144

IPS SMP/MTs Kelas VIII

Uji Kompetensi

1. Perhatikan pernyataan di bawah ini!

1) Timbulnya golongan terpelajar

2) Kemenangan Jepang atas Rusia

3) Timbulnya gerakan nasional di berbagai

negara

4) Terkenang kejayaan masa lampau

5) Penderitaan rakyat yang terus menerus.

Dari pernyataan di atas yang merupakan

faktor pendorong pergerakan nasional yang

berasal dari dalam tersebut pada nomor ....

a. 1, 2, dan 3

b. 1, 3, dan 5

c. 1, 4, dan 5

d. 2, 3, dan 4

2. Tanggal kelahiran Budi Ut omo dijadikan

sebagai hari Keb angkitan Nasional karena

pada tanggal tersebut ....

a. seluruh rakyat Indonesia bersatu bangkit

melawan Belanda

b. perjuangan menuju kemerdekaan secara

nasional mulai dengan cara baru

c. seluruh rakyat Indonesia menyatakan

sumpah setia kepada negara

d. beralihnya pemimpin perjuangan dari

generasi tua ke generasi muda

Refleksi

Setelah mempelajari dengan cermat materi dalam bab ini, seharusnya kamu dapat mengambil

hikmah dari keteladanan golongan terpelajar yang telah susah payah berjuang untuk merintis

dan mempelopori berdirinya pergerakan nasional Indonesia. Golongan terpelajar yakin dengan

cara kekerasan atau perjuangan fisik tidak akan membawa keberhasilan. Oleh karena itu perlu

disusun organisasi yang modern yang berwawasan nasional. Sejak saat itulah muncul berbagai

organisasi pergerakan, yang pada muaranya lebih menjurus pada identitas kebangsaan

Indonesia. Hal-hal yang bisa kamu petik dari perjuangan itu adalah demokrasi, saling menghargai

pendapat, tidak egois, memprioritaskan, menghargai serta menghormati kepentingan umum

dari pada kepentingan pribadi dan golongan.

K

e

r

j

a

k

a

n

d

i

B

u

k

u

T

u

g

a

s

m

u

I

.

B

e

r

i

l

a

h

t

a

n

d

a

s

i

l

a

n

g

(

X

)

p

a

d

a

h

u

r

u

f

a

,

b

,

c

,

a

t

a

u

d

d

i

d

e

p

a

n

j

a

w

a

b

a

n

y

a

n

g

b

e

n

a

r

!

IPS SMP/MTs Kelas VIII

145

3. Salah satu tujuan berdirinya Sarekat Islam

adalah ....

a. meningkatkan harta dan derajat bangsa

Indonesia

b. memperbaiki nasib rakyat melalui

pendidikan

c. memperbaiki kehidupan perekonomian

rakyat

d. menuntut Indonesia merdeka melalui

Volksraad

4. Pemimpin Indische Partij yang dikenal

dengan sebutan tiga serangkai adalah ....

a. K.H. Samanhudi, Abdul Muis, dan HOS

Tjokroaminoto

b. Semaun, Mr. Sartono, dan Darsono

c. Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Suwardi

Suryaningrat

d. Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker ,

dan dr. Tjipto Mangunkusumo

5. Partai-partai yang menggunakan taktik

kooperasi dan partai-partai yang meng-

gunakan taktik non kooperasi mempunyai

persamaan dalam hal ....

a. struktur organisasinya

b. modal perjuangannya

c. sikap perjuangannya

d. tujuan perjuangannya

6. Sejak tahun 1 930, partai-partai dalam

Pergerakan Nasional Indonesia mulai

bersikap moderat dan menggunakan taktik

kooperatif, karena ....

a. Belanda akan memberi kemerdekaan

b. dukungan rakyat mulai melemah

c. adanya krisis ekonomi dunia

d. pertentangan antar pemimpin partai

7. Pasangan partai-partai berikut ini yang me-

miliki kesamaan taktik perjuangan adalah

....

a. PARINDRA - GERINDO

b. PNI - PARINDRA

c. PI - GERINDO

d. PNI - BUDI UTOMO

8. GAPI mengajukan tuntutan kepada peme-

rintah kolonial Belanda yaitu ....

a. Indonesia merdeka

b. Indonesia berparlemen

c. Indonesia berjuang

d. Indonesia bersatu

9. Organisasi politik radikal yang berdiri di

Negeri Belanda adalah ....

a. Perhimpunan Indonesia

b. Indische Partij

c. Partai Nasional Indonesia

d. Partai Komunis Indonesia

10. Berikut ini y

ang bukan

tokoh-tokoh

organisasi Indische Vereeniging adalah ....

a. R.N. Noto Suroto

b. Sutan Kasayangan

c. Notodiningrat

d. Sumitro Joyohadikusumo

11. Perhatikan peta berikut !

Negara Belanda tempat berdirinya PI, pada

peta di bawah ditunjukkan angka ....

a. I

b. II

c. III

d. IV

4

0o

60

o

60

o

66,5

o

60

o

30

o

20

o

0

o

20

o

66

o

II

I

III

IV

146

IPS SMP/MTs Kelas VIII

12. Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928)

bertujuan untuk ....

a. Mempropagandakan I krar Sumpah

Pemuda

b. Menyatukan gerakan pemuda Indonesia

c. Mengibarkan ben dera merah putih

pertama kali

d. Mengambil alih kepemimpinan nasional

13. Ketua Kongres Pemuda II tahun1928

adalah... .

a. Muhammad Yamin

b. Kaca Sungkana

c. Sugondo Joyopuspito

d. Sukarjo Wiryo Pranoto

14. Salah satu keputusan penting Kongres

Pemuda II adalah... .

a. melebur organisasi pergerakan nasional

b. menuntut kemerdekaan melalui

volksraad

c. merumuskan perjuangan non-kooperasi

d. mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda

15. Berikut ini

yang bukan

pengaruh Sumpah

Pemuda terhadap perjuangan mewujudkan

Indonesia merdeka ad alah... .

a. mendorong semua partai politik

bergabung menjadi satu w adah

b. mendorong pertumbuhan bahasa

Indonesia sebagai alat pemersatu

c. membangkitkan semangat persatuan

dan kebangsaan Indonesia

d. membangkitkan semangat perjuangan

untuk mencapai kemerdekaan

16. Lagu Indonesi a Ray a pertama kali

dinyanyikan di depan umum pada waktu

peristiwa ....

a. Proklamasi Kemerdekaan

b. Peristiwa Rengasdengklok

c. Peresmian BPUPKI

d. Sumpah Pemuda

17. Gerakan sosial wanita yang dipelopori RA.

Kartini dan De wi Sartika mempunyai

peranan penting yaitu... .

a. memrotes dominasi pria atas kaum

wanita

b. mengangkat derajad wanita melalui

pendidikan

c. menciptakan persaingan sehat antar a

pria wanita

d. menyadarkan keunggulan wanita

dibanding pria

18. Peranan organisasi wan ita pada masa

pergerakan nasional adalah... .

a. merumuskan hak-hak wanita untuk

menegakkan keadilan

b. membela para pejuang untuk mencapai

kemerdekaan

c. menyatukan cita-cita dan memajukan

kaum wanita

d. menyatukan organisasi wanita dalam

merebut kemerdekaan

19. Organisasi wanita yang didirikan oleh Siti

Wardah tanggal 22 April 1917 adalah ....

a. Aisiyah

b. Putri Mardika

c. Kautaman isteri

d. Kerajinan Amai Setia

20. Ketua Kongres Perempuan I tanggal

22 Desember 1928 adalah ....

a. Ny. Mangun Sarkoro

b. Ny. Ki Hajar Dewantoro

c. R.A. Sukanto

d. R.A. Kartini

IPS SMP/MTs Kelas VIII

147

N

o

.

P

e

r

t

a

n

y

a

a

n

J

a

w

a

b

a

n

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Tokoh pendiri Budi Utomo

Kota tempat berdirinya Indische Partij.

Tokoh pendiri Mu hammadiyah.

Kota tempat berdirinya Sarikat Dagang Islam.

Pusat kegiatan Perhimpunan Indonesia.

Ketua Kongres Perempuan II di Jakarta.

Kota tempat pelaksanaan Kongres Perempuan

pertama tanggal 22 Desember 1922.

Kota tempat pelaksanaan Kongres Pemuda II tanggal

28 Oktober 1928.

Tokoh pendiri Nahdatul Ulama (NU).

Tokoh pendiri PNI tanggal 4 Juli 1927

a. Ny. R.A. Kartini

b. Ny. Sri Mangun Sarkoro

c. Solo

d. Surabaya

e. Ir. Soekarno

f. Dr. Soetomo

g. Yogyakarta

h. Bandung

i. KH. Hasyim Asy’ari

j. Mr. Sartono

k. Belanda

l. Ny. Ki Hajar Dewantoro

m. KH. Ahmad Dahlan

n. Semarang

o. Jakarta

I

I

.

J

o

d

o

h

k

a

n

a

n

t

a

r

a

p

e

r

t

a

n

y

a

a

n

d

e

n

g

a

n

j

a

w

a

b

a

n

y

a

n

g

s

e

s

u

a

i

!

I

I

I

.

I

s

i

l

a

h

t

i

t

i

k

-

t

i

t

i

k

d

i

b

a

w

a

h

i

n

i

d

e

n

g

a

n

b

e

n

a

r

!

1. Pada tanggal 21 Juni 1921. S arekat Islam mendirikan sekolah ya ng pertama kali di I ndonesia

yaitu berdiri di Kota ....

2. Sekolah tinggi kedokteran milik pemerintah kolonial yang banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional

adalah ....

3. Pergujuran kebangsaan Taman Siswa adalah sekolah yang didirikan oleh ....

4. Majalah yang pertama kali menggunakan istilah “Indonesia” adalah majalah yang diterbitkan

oleh ....

5. Douwes Dekker dalam menulis karangan-karangannya lewat surat kabar De Express dengan

nama samaran ....

6. Petisi Sutardjo diajukan kepada pemerintah Hindia Belanda lewat organisasi pergerakan (partai)

yang bernama ....

7. Kelahiran Budi Utomo tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari ....

8. Pernyataan manifesto politik oleh Perhimpunan Indonesia (PI) tahun 1925 diketuai oleh .....

9. Ketua Kongres Pemuda I tahun 1926 adalah ....

10. Kongres Pemuda II tahun 1928 berlangsung di Kota ....

148

IPS SMP/MTs Kelas VIII

I

V

.

K

e

r

j

a

k

a

n

s

o

a

l

-

s

o

a

l

b

e

r

i

k

u

t

i

n

i

!

1. Sebutkan 3 (tiga) tokoh cendekiawan Islam yang mempelopori berdirinya sekolah-sekolah Islam!

2. Sebutkan 2 (dua) peranan pers dalam menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia!

3. Sebutkan 3 (tiga) peranan golongan terpelajar dalam pergerakan nasional Indonesia!

4. Sebutkan 3 (tiga) faktor pendorong berdirinya Gabungan Politik Indonesia (GAPI)!

5. Sebutkan 4 (empat) pokok-pokok i deologi yang terkandung dalam manifesto politik PI tahun

1925!